IDENESIA.CO – Sebuah penemuan arkeologi yang berpotensi mengubah pandangan para sejarawan tentang salah satu babak terpenting dalam sejarah Islam awal dan geopolitik Timur Tengah telah diumumkan.
Dari tim arkeolog gabungan yang terdiri dari pakar Irak dan Inggris pada Minggu, 16 November, secara resmi mengumumkan keberhasilan mereka mengungkap situs militer dari abad ke-7 di Provinsi Najaf, Irak tengah.
Penemuan ini menjadi sorotan internasional karena nilai historisnya yang tak ternilai. Situs yang berhasil ditemukan tersebut meliputi sebuah benteng dan tembok pertahanan yang kokoh, sebagaimana diungkapkan oleh Hamid al-Yasiri, dekan Fakultas Arkeologi di Universitas Kufa, kepada Kantor Berita Irak.
Al-Yasiri menyoroti bahwa temuan ini memiliki potensi besar untuk menyajikan informasi baru dan mendalam tentang sejarah militer di kawasan tersebut pada masa transisi signifikan.
Kaitan Langsung dengan Titik Balik Sejarah
Yang membuat penemuan ini luar biasa adalah perkiraan periodenya. Situs militer kuno di Najaf ini diperkirakan berasal dari masa Pertempuran al-Qadisiyah, yang terjadi antara tahun 636 hingga 637 Masehi. Pertempuran al-Qadisiyah sendiri merupakan sebuah titik balik krusial.
Dalam sejarah, ia dicatat sebagai kemenangan Muslim yang menentukan atas Kekaisaran Sassanid yang berkuasa di Persia.
Christine Hooper, yang memimpin misi Inggris dari Universitas Durham, menjelaskan bahwa tim riset gabungan yang ia pimpin memanfaatkan metode canggih untuk mengungkap situs yang telah terkubur tersebut. Keterkaitan situs pertahanan dengan periode pertempuran Al-Qadisiyah membuka jendela baru untuk memahami dinamika konflik yang mengubah dunia tersebut.
Pertempuran Al-Qadisiyah terjadi di dataran yang membentang di antara wilayah yang saat ini menjadi Provinsi Najaf dan al-Qadisiyah. Kemenangan yang diraih oleh pasukan Muslim pada masa itu memiliki dampak yang sangat besar, secara signifikan mengubah lanskap geopolitik kawasan secara permanen.
Runtuhnya Persia dan Ekspansi Islam
Lebih dari sekadar kemenangan militer, Pertempuran al-Qadisiyah memiliki konsekuensi sejarah yang jauh lebih luas.
Peristiwa ini tidak hanya menjadi titik balik yang monumental dalam sejarah Islam, tetapi juga secara efektif menandai keruntuhan kekuatan Persia di bawah Kekaisaran Sassanid. Keruntuhan ini pada gilirannya membuka jalan bagi ekspansi Islam ke wilayah-wilayah yang luas, membentuk fondasi peradaban Islam di timur.
Dengan adanya penemuan situs militer yang terdiri dari benteng dan tembok pertahanan ini, para arkeolog dan sejarawan berharap dapat memperoleh bukti fisik yang solid dan konteks sejarah yang jauh lebih kaya dan detail mengenai peristiwa penting tersebut. Selama ini, sebagian besar pemahaman tentang pertempuran itu bersumber dari catatan-catatan tertulis; kini, bukti material telah muncul.
Ibrahim al-Jubouri, seorang ahli arkeologi yang turut terlibat dalam proyek penelitian ini, dengan tegas menekankan nilai arkeologis yang signifikan dari situs yang baru ditemukan tersebut. Al-Jubouri menggarisbawahi pentingnya temuan ini bagi ilmu pengetahuan dan studi militer kuno.
“Penemuan ini akan memberikan detail penting mengenai metode militer, peralatan, dan strategi pertahanan yang digunakan oleh pasukan Islam pada masa itu,” ucap al-Jubouri.
Data dari situs tersebut, seperti tata letak benteng dan konstruksi tembok pertahanan, dapat menawarkan wawasan yang belum pernah ada sebelumnya tentang bagaimana pasukan Muslim awal mengorganisasi diri mereka untuk menghadapi salah satu kekuatan terbesar dunia pada masanya. Ini mencakup informasi tentang logistik, manajemen sumber daya, hingga teknik fortifikasi yang mereka terapkan.
Penemuan benteng dan tembok pertahanan abad ke-7 di Najaf ini kini menanti penelitian lebih lanjut, yang diharapkan akan mengukir babak baru dalam pemahaman sejarah Pertempuran al-Qadisiyah dan dampaknya yang abadi pada peradaban dunia.
(Redaksi)