IDENESIA.CO - Kawasan Citra Niaga sebagai wisata belanja telah sohor namanya di Samarinda.
Kawasan wisata belanja ini telah membius para warga Kota Tepian, pada tahun 2020.
Lokasi belanja tradisional disulap menjadi tempat nongkrong yang dibanjiri pengunjung.
Gelombang pandemi membuat para pemilik kedai knock out, citra Niaga kembali muram.
Sejarah terulang.
Sebelum nama Citra Niaga masyur, kawasan wisata itu era tahun 60-70an dikenal dengan nama Taman Hiburan Gelora (THG).
Taman Hiburan Gelora inilah yang menjadi cikal bakal sebelum bernama Citra Niaga.
THG kala itu memiliki luas area sekitar 2,7 hektare.
Lokasi ini ini pusat perbelanjaan dan hiburan bagi masyarakat.
Pembangunam Taman Hiburan Gelora dimulai sekitar tahun 1967.
Konstruksi bangunan sebagian besar terbuat dari bahan kayu.
Sayangnya, kemegahan THG tidak berlangsung lama.
Tidak butuh waktu lama, bangunan di lokasi wisata belanja itu kusam dan kumuh.
Hadirnya preman yang keram memalak pengunjung jadi masalah terbesar.
THG kemudian lambat laun kehilanggan pengunjungnya.
Kondisi diperparah dengan bermunculannya pedagang barang bekas yang menjamur, dengan toko yang tidak tertata rapi.
Belum lagi lahan becek dan genangan air membuat kesan kumuh semakin menguat.
Pada masa pemerintahan, Wali Kota Samarinda, Waris Husain, akhirnya membuat gebrakan baru.
Taman Hiburan Gelora sudah tamat, penggantinya adalah Citra Niaga.
Mulai dibangun tahun 1986, Citra Niaga hadir menjadi wajah baru pusat belanja Samarinda kala itu.
Citra Niaga adalah buah karya arsitek Antonio Ismael.
Dari karyanya yang menawan, mengantarkan Citra Niaga memperoleh perhargaan internasional Aga Khan Award for Architecture (AKAA) pada tahun 1989.
Saat itu Citra Niaga bersaing dengan kandidat Bandara Soekarno-Hatta dan akhirnya Citra Niaga-lah yang terpilih menerima penghargaan tersebut.
Berada di jalan Niaga Utara, Samarinda, bentuk bangunan yang sangat indah, memadukan konstruksi bangunan bernuansa seni arsitektur tradisional dan modern.
Citra Niaga menyedot animo masyarakat, para pengunjung hilir mudik berbelanja hingga malam hari.
Kejatuhan Citra Niaga, bermula pada terjadinya krisis ekonomi tahun 1998.
Memasuki tahun 2000-an, aktivitas perbelanjaan di Citra Niaga mulai lesu.
Di tahun 2020, Citra Niaga mulai bersinar lagi, ramai orang-orang datang berkumpul dengan dibukanya tempat nongkrong, ngobrol ,untuk Santai ,tempat makan minum kopi .
Beberpa kios yang sebelumnya menjual barang-barang khas tradisional Kaltim berubah fungsi sebagai kedai kopi. (Er Riyadi)