IDENESIA.CO - Galian batu bara telah menjadi primadona di Kalimantan Timur. Rayuan emas hitam ini bahkan telah melegenda ke negeri luar nusantara.
Perjalanan panjang dilalui pertambangan batu bara di Bumi Mulawarman, bermula dari zaman kolonial Belanda hingga tumbuh subur sejak era tahun 90-an.
Pertambangan tertua di Kaltim bermula pada tahun 1845.
Samarinda menjadi titik pertama ditemukannya emas hitam itu oleh para pedagang Inggris, di bawah perusahaan milik George Peacock (G.P.) King.
Ita Syamtasiyah Ahyat, Pengajar Sejarah UI dalam bukunya berjudul Kesultanan Kutai 1825—1910, menyinggung pertambangan tertua di Kaltim.
“Mereka di Samarinda bukan saja berdagang tetapi juga mengadakan penyelidikan tentang keadaan tanah di sekitar Sungai Mahakam, sehingga mereka menemukan tempat-tempat yang mengandung lapisan batubara di sana,” tulis Ita Syamtasiyah Ahyat, dalam bukunya.
Tapi di lokasi tersebar di Samarinda kota ini diketahui memiliki batu bara berkualitas buruk.
Pencarian dilanjutkan ke tempat lain.
Antara tahun 1845 dan 1846, batu bara kembali ditemukan di sekitaran Gunung Segara (Palaran).
Warga Samarinda saat ini mengenal Gunung Segara sebagai Gunung Lonceng atau Gunung RCTI di Samarinda Seberang.