Kini toples tersebut disimpan di Museum August Kestner di Hannover, Jerman. Tim peneliti menemukan bahwa balsem mumifikasi mengandung campuran lilin lebah, minyak nabati, lemak, bitumen, resin Pinaceae (seperti resin larch), zat balsamic, dan resin pohon damar atau Pistacia.
"Bahan-bahan yang beragam dan unik ini dapat memberi pemahaman baru tentang canggihnya mumifikasi dan juga sebagai tanda bahwa rute perdagangan bahan di Mesir sangat luas," ungkap Christian E. Loeben, kurator Museum August Kestner.
Menurut Huber, studi ini akan mampu memberikan wawasan tentang bahan balsem yang memiliki informasi terbatas dalam sumber tulisan Mesir kuno.
Mengandung Bahan Langka
Selain itu peneliti juga menuturkan bahwa balsem Mesir kuno memiliki bahan-bahan langka yang kemudian memberi gambaran hubungan perdagangan orang Mesir pada milenium ke-2 SM.
"Bahan-bahan dalam balsem menunjukkan bahwa orang Mesir kuno menggunakan bahan yang berasal dari luar wilayahnya," jelas Prof. Nicole Boivin, peneliti senior proyek tersebut.
"Jumlah kandungan bahan impor pada balsemnya juga menandakan bahwa Senetnay adalah orang penting dalam lingkup kehidupan Firaun," imbuhnya.
Bahan-bahan seperti resin larch dimungkinkan berasal dari Mediterania utara dan pohon damar dari hutan Asia Tenggara. Jika dugaan tersebut benar, maka menunjukkan bahwa orang Mesir kuno saat itu memiliki akses ke Asia Tenggara melalui perdagangan jarak jauh.