IDENESIA.CO - Bayar atau rusak nama baik? Inilah dilema yang dihadapi sejumlah konsumen proyek apartemen Meikarta. Meski belum menerima uni...
IDENESIA.CO - Bayar atau rusak nama baik? Inilah dilema yang dihadapi sejumlah konsumen proyek apartemen Meikarta.
Meski belum menerima unit yang dijanjikan sejak bertahun-tahun lalu, mereka tetap melanjutkan cicilan.
Bukan karena masih percaya, tetapi karena takut namanya tercoreng di sistem BI Checking yang bisa membatasi akses ke pinjaman lain.
Trianto, salah satu konsumen, menyampaikan keluh kesahnya saat menemui Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP), Maruarar Sirait, di Jakarta, Senin (21/4/2025).
Ia mengaku sudah mencicil sejak 2017 untuk unit yang seharusnya ia tempati sejak 2019.
“Cicilan masih saya teruskan, Pak. Bunganya masih saya bayar. Kalau tidak, BI Checking saya akan jelek. Padahal unitnya belum ada,” ujarnya gamblang.
Setiap bulan, Trianto menyetor Rp 2,5 juta. Bagi banyak orang, jumlah ini mungkin biasa, tapi tidak untuk unit yang keberadaannya masih belum jelas hingga delapan tahun berlalu.
Cerita serupa juga datang dari Krisna, konsumen lainnya. Ia membeli apartemen 70 meter persegi seharga Rp 480 juta dengan skema cicilan 10 tahun. Hingga tahun kedelapan, ia sudah mengeluarkan sekitar Rp 680 juta dan belum pernah sekalipun melihat unit miliknya.
“Kami tidak diberi akses melihat unit. Bahkan ketika saya dan suami menuntut penjelasan, kami justru diperlakukan seolah kami yang salah,” tutur Krisna dengan suara tercekat.
Ia juga sempat menunggak cicilan, berharap hal itu bisa menjadi tekanan agar pengembang memberi jawaban. Yang datang justru telepon demi telepon dari pihak bank, menagih seolah dirinya menunggak properti yang sudah ia tempati.
“Saya ditelepon terus, diteror. Seolah saya yang menipu mereka. Padahal saya tidak pernah telat sebelumnya,” lanjutnya.
Tekanan mental pun tidak terelakkan. Krisna mengaku kesehatan mental dan relasi rumah tangganya terganggu karena ketidakjelasan proyek tersebut.
Bahkan saat ia mengajukan restrukturisasi karena sedang hamil dan cuti, permintaannya sempat ditolak. Kini, Krisna hanya ingin satu hal: uangnya kembali.
“Saya tidak percaya lagi. Saya ingin uang saya dikembalikan. Itu saja,” pungkasnya.
(Redaksi)