IDENESIA.CO - Kota Samarinda menunjukkan sebagai daerah yang mandiri dan progresif, dengan Proyek Terowongan Jalan Sultan Alimuddin-K...
IDENESIA.CO - Kota Samarinda menunjukkan sebagai daerah yang mandiri dan progresif, dengan Proyek Terowongan Jalan Sultan Alimuddin-Kakap yang hampir rampung ini menjadi bukti nyata bahwa pembangunan berskala besar tidak selalu harus bergantung pada dana pusat.
Dengan menggunakan 100% dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota, proyek ini menandai sejarah baru dalam pembangunan infrastruktur kota di Indonesia.
Proyek terowongan ini bukan sebagai simbol kemajuan infrastruktur di Kalimantan Timur, namun upaya Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda dalam menyikapi solusi kemacetan di Kawasan Gunung Manggah.
Dikerjakan oleh PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk (PTPP), proyek senilai Rp395,9 miliar ini digadang-gadang sebagai terowongan jalan pertama di Kalimantan Timur, bahkan di Indonesia, yang seluruh pendanaannya bersumber dari APBD tingkat kota.
“Ini bukan sekadar proyek fisik, ini adalah tonggak sejarah. Kami ingin menunjukkan bahwa kota pun bisa membangun infrastruktur monumental,” ujar Neneng Chamelia Shanti, Sekretaris Dinas PUPR Kota Samarinda saat mendampingi tim peninjauan dari LKPJ Wali Kota.
Terowongan sepanjang 400 meter dan lebar 10 meter ini dirancang satu arah dengan dua lajur.
Menurut Neneng, tahap pengecoran lining segmen terakhir sedang berlangsung dan ditargetkan selesai pada akhir April 2025.
“Setelah konstruksi rampung, langsung masuk pengujian akhir,” tuturnya.
Soal siapa saja yang bisa melintasi terowongan ini, Dinas PUPR menyebut secara teknis semua jenis kendaraan, termasuk truk tronton, bisa melintas. Namun, keputusan akhir tetap akan mempertimbangkan hasil analisa lalu lintas dari Dinas Perhubungan.
“Kami perlu rapat lanjutan dengan Dishub untuk menentukan kebijakan operasionalnya,” jelasnya.
Jika semua berjalan sesuai rencana, maka dalam waktu dekat, warga Samarinda akan menyaksikan sejarah baru infrastruktur kelas nasional berdiri di jantung kota, bukan dari pusat, tetapi dari tekad pemerintah kota sendiri.
“Ini adalah cara Samarinda menunjukkan dirinya layak jadi kota metropolitan masa depan,” pungkasnya.
(Redaksi)