IDENESIA.CO - Dinas Kesehatan Valencia, Spanyol, mengumumkan mereka mendapati temuan atas penyakit mematikan yang telah membuat lebih dari 2022 orang di Guinea Ekuator menjalani karatina.
Temuan tersebut menandakan kasus suspek pertama di Spanyol atas satu kasus suspek virus Marburg pada Sabtu (25/2)
Virus Marburg masih satu keluarga dengan virus penyebab Ebola dan gejalanya hampir serupa dengan demam berdarah. Meski belum ada di Indonesia, penyakit ini tetap harus diwaspadai karena bisa menyebabkan kematian.
Sesuai namanya, virus Marburg pertama kali ditemukan di kota Marburg, Jerman, pada tahun 1967. Namun, virus ini telah menyebar ke beberapa daerah di benua Afrika, termasuk Guinea, Angola, Kongo, dan Uganda.
Dilaporkan Reuters, kasus suspek pertama Marburg di Spanyol ini adalah seorang pria berusia 34 tahun yang baru-baru ini bepergian ke Guinea Ekuator.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), virus Marburg yang masih sekeluarga dengan Ebola ini memiliki tingkat kematian hingga 88 persen. Hingga saat ini belum ada vaksin atau pun obat untuk mengendalikan penyakit virus tersebut.
Sementara itu, Guinea Ekuator sudah mengarantina lebih dari 200 orang dan melakukan pemberlakuan pembatasan pada 13 Februari silam di Provinsi Kie-Ntem.
Provinsi tersebut adalah lokasi pertama virus Marburg terkonfirmasi pada 7 Februari lalu, kemudian ada 24 kasus suspek pada 14 Februari dengan sembilan di antaranya meninggal.
Menurut WHO, para kasus suspek memiliki gejala infeksi seperti demam, kelelahan, muntah darah, hingga diare. Temuan di negara tersebut terjadi pada orang-orang yang mengikuti sebuah upacara pemakaman di Distrik Nsok-Nsomo, Provinsi Kie-Ntem.
Kasus virus Marburg di Guinea Ekuator itu adalah kesekian kalinya di benua Afrika.
Pada 2021, wabah ini sempat muncul di Guinea lalu dengan satu kasus, kemudian muncul di Ghana dengan empat kasus pada 2022, dan kini Guinea Ekuator dengan satu kasus.
Virus Marburg merupakan virus yang menyebabkan demam berdarah bagi primata. Virus ini terbilang berbahaya dan bisa menular dari paparan kelelawar buah, cairan tubuh melalui seks tanpa pengaman, atau pun luka.
Virus ini pertama kali diidentifikasi pada 1967 di Marburg, Jerman. Kala itu, sejumlah kasus infeksi terjadi di Marburg, Frankfurt, dan ibu kota Yugoslavia, Belgrade.
Setelah di Jerman, kasus Marburg pertama kali muncul di Afrika pada 1975 tepatnya di Afrika Selatan, kemudian di Kenya pada 1980 dan 1987; lalu di Uni Soviet pada 1988; kemudian di Kongo pada 1998-2000; Angola pada 2004-2005; Uganda pada 2007-2008; Belanda pada 2008; Uganda pada 2012 2014, dan 2017; serta Guinea pada 2021.
(Redaksi)