Akan tetapi, mereka tidak dapat membuahi diri sendiri karena itulah hewan ini memerlukan pasangan untuk berkembang biak.
Saat kawin, teritip akan bersanggama semu atau menumbuhkan penis yang sangat panjang dan melepaskan sperma di dalam cangkang teritip lain di dekatnya, menyebabkan terjadinya pembuahan.
Dilansir dari NBC News, Jumat (18/1/2013), ahli biologi di Universitas Alberta, Marjan Barazandeh, dan timnya telah mengamati satu spesies teritip di Pasifik Timur Laut bernama Pollicipes polymerus, memiliki penis yang lebih pendek dari panjang kakinya.
Sementara itu, panjang penisnya tidak bervariasi sepanjang musim kawin tiba.
Selain itu, mereka juga memperhatikan bahwa beberapa spesies teritip mengeluarkan sperma di dalam air saat air surut.
Di sisi lain, para peneliti juga telah melakukan riset terhadap 599 teritip di lepas pantai British Columbia untuk memahami bagaimana teritip memiliki keragaman genetik.
Hasilnya, mereka menemukan sebanyak 37 teritip yang terisolasi telah dibuahi dengan sperma asing.
Artinya, anggapan bahwa teritip menyebarkan sperma kepada betina yang jaraknya jauh telah terbukti.
"Spesies Pollicipes polymerus agak unik, (sebab) memiliki penis yang relatif pendek dan tidak dapat memanjang, dan hidup di lingkungan fisik yang ekstrem (seperti pantai berbatu dengan gelombang), sehingga tampaknya penangkapan sperma lebih mungkin terjadi pada spesies ini daripada yang lain," tulis peneliti studi.
Selama memasuki masa perkawinan, teritip akan dibantu dengan bulu chemosensory yang menutupi penis mereka.
Bulu tersebut memungkinkan teritip jantan untuk mendeteksi sinyal yang diberikan oleh teritip betina.
Begitu pejantan menemukan pasangan yang mau menerimanya, hewan ini akan menggunakan penisnya yang panjang untuk menjangkau pasangannya.