Senin, 25 November 2024

Asal-usul dan Sejarah

Amina Wadud, Lady Imam Yang Menghabiskan Masa Tuanya di Indonesia

Sabtu, 3 Desember 2022 16:58

IMAM - Amina Wadud Yang Menjadi Imam Wanita dan Laki-Laki Saat menjalankan ibadah Salat. / Foto: Reuters

Bahasan mengenai asal usul manusia dan kesetaraan gender, Amina Wadud merujuk pada firman Allah swt. dalam al-Qur’an surat an-Nisa’ ayat 1.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا…الأية

Artinya: “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya.”

Dan al-Qur’an surat ar-Ruum ayat 21.

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.”

Menurut Amina Wadud yang perlu dikritik ulang adalah kata nafs wahidah dan zauj. Menurutya kedua ayat tersebut menjelaskan tentang kisah asal usul manusia versi al-Qur’an, tanpa kejelasan tentang Adam dan Hawa. Namun ayat tersebut dipahami sebagai penciptaan Adam dan Hawa.

Dari akar katanya nafs adalah muannas, akan tetapi kenapa ditafsirkan sebagai lelaki (Adam). Menurut Amina Wadud nafs menunjukan bahwa seluruh manusia itu berasal dari asal yang sama.

Kata zauj sendiri sifatnya netral karena secara konseptual kebahasaan juga tidak menunjukkan bentuk muannas atau muzakkar. Kata zauj yang bentuk jamaknya azwaj ini sering digunakan untuk menyebut tanaman (QS. ar-Rahman, 52) dan hewan (QS. Hud, 40). Mengapa para mufassir tradisional menafsirkan zauj dengan makna istri, yakni Hawa? Amina Wadud tidak sependapat dengan penafsiran tersebut.

Aminan Wadud, seorang tokoh feminis perempua Islam yang memberikan penafsiran yang lebih jelas.Metode penafsirannya yang ditawarkan relative baik untuk diterapkan dalam rangka mengembangkan wacana tafsir yang sensitif gender. Akan tetapi, hal ini bukanlah hal yang baru, karena sudah diawali oleh Fazlur Rahman.


Dalam pon yang dapat diambil dari pemikirannya Amina Wadud adalah adanya upaya untuk membongkar pemikiran lama dan mitos-mitos lama yang disebabkan oleh penafsiran yang bias patriarki. (Redaksi) 

Halaman 
Tag berita:
IDEhabitat