Minggu, 24 November 2024

Benarkah Meletusnya Gunung Semeru Akibat Dari Ramalan "Sabdo Palon Nagih Janji" ?

Rabu, 7 Desember 2022 21:54

ILUSTRASI - Wabah Corona, Erupsi Gunung, dan Kaitannya dengan Sabdo Palon Noyo Genggong. (IST)

IDENESIA.CO - Ramalan Sabdo Palon berkembang di kalangan masyarakat Jawa. Nama Sabdo Palon rupanya bukan merupakan nama asli, melainkan gelar yang diberikan sesuai tugas yang diemban. Dalam Serat Darmagandul Sabdo Palon terdiri dari dua kata, yaitu Sabdo berarti orang yang memberikan masukan dan Palon bermakna orang yang mengunci kebenaran di alam semesta.

Sabdo Palon adalah tokoh yang sangat dihormati kalangan umat Hindu-Buddha dan penganut aliran Kejawen di Tanah Jawa. Konon dia mengembang tugas berat sebagai Panakawan abdi kinasih Prabu Brawijaya V

Namanya disebut dalam Serat Darmagandhul yang ditulis Ki Kalamwadi. Dalam karangan itu Sabdo Palon disebutkan tidak bisa menerima kudeta terhadap Rabu Brawijaya oleh tentara Kesultanan Demak dengan bantuan Wali Songo pada 1478.

Dia kemudian bersumpah akan kembali sekitar 500 tahun saat korupsi merajalela dan bencana melanda. Dia juga bersumpah menyapu Islam dari Jawa dan mengembalikan kejayaan Majapahit serta kebudayaan Jawa, yang disebut dengan Ramalan Sabdo Palon Nagih Janji.

Dia menganut kepercayaan Budi, yaitu agama Jawa yang berlaku secara turun-temurun. Dia meramalkan kehancuran Islam di Tanah Jawa, dalam ramalannya yang berbunyi

“Pepesthene nusa tekan janji, yen wus jangkep limang atus warsa, kepetung jaman Islame, musna bali marang ingsun, gami Budi madeg sawiji.”

Artinya: “Takdir nusa sampai kepada janji, jka sudah genap lima ratus tahun, terhitung zaman Islam, musnah kembali kepadaku, Agama Budi berdiri menjadi satu.”

Sosok Sabdo Palon identik dengan tokoh Semar dalam lakon Mahabarata versi Jawa. Sementara, antropolog Paul Stange dalam penelitiannya pada 1988 menyebutkan Sabdo Palon adalah inkarnasi dari Semar yang dikenal sebagai leluhur orang Jawa.

Dia adalah titisan dewa yang turun ke Bumi sebagai pemomong raja dan pengayom kawula. Sosok tersebut sering disandingkan dengan Naya Genggong. Mereka berdua hadir dalam setiap pemerintahan raja-raja di tanah Jawa selama masa kejayaan kerajaan Hindu dan Buddha.

Dia juga dikenal sebagai peramal ulung yang bisa meramalkan masa depan. Pada 1978, Gunung Semeru meletus dan membuat sebagian orang percaya atas ramalan tersebut. Tokoh Sabdo Palon juga dihormati di kalangan umat Hindu di Jawa serta di kalangan aliran tertentu penghayat kejawen.

Peri Mardiyono dalam buku Sejarah Kelam Majapahit menjelaskan Sabdo Palon memberitahukan tanda-tanda dia akan kembali. Dia bersumpah kembali ke Tanah Jawa pada 500 tahun lagi tepat setelah Majapahit runtuh.

Pada masa itu, agama Islam tidak dijalankan paripurna oleh pemeluknya. Oleh sebab itu dia meramalkan agama Islam akan hancur dan digantikan agama Budi.

Jika dihitung sejak keruntuhan Kerajaan Majapahit runtuh paada 1478, maka Sabdo Palon diperkirakan kembali pada abad ke-20. Dia bersama anak buahnya akan menguasai Tanah Jawa dan mengembangkan agama Budi di Nusantara. (Redaksi)

 

Tag berita:
IDEhabitat