Jumat, 22 November 2024

Jubah Bisht yang Dipakai Messi saat Terima Trofi Piala Dunia

Senin, 19 Desember 2022 23:24

ARGENTINA - Selebrasi kemenangan Argentina di Piala Dunia 2022. Foto: Dok. CNN

IDENESIA.CO - Saat mencium trofi Piala Dunia 2022, Lionel Messi sebelumnya dipasangkan jubah oleh Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al-Thani dari Presiden FIFA Gianni Infantino, Minggu (18/12/2022).

Bisht yang dipakai Messi berwarna hitam dengan jenis kain transparan lengkap dengan garis sulaman emas di bahu hingga ke pergelangan tangan. Bisht adalah jubah tradisional Arab yang umum dikenakan warga laki-laki. 

Messi mengenakan bisht setelah Argentina mengalahkan Prancis lewat adu penalti. Messi mencetak 2 gol dan memberikan tendangan penalti, mengantarkan timnas Argentina pada kemenangan Piala Dunia setelah terakhir pada 1986, seperti dikutip dari The Guardian.

Sikap Emir Qatar menuai pujian di media sosial karena dinilai menjadi tanda penghormatan di tanah Arab. Namun, sikap ini juga menuai kritik karena menutupi jersey Argentina yang dikenakan Messi di momen kemenangan mereka dengan hal berbau Qatar

Sebetulnya, apa makna dan fungsi bisht? Begini sejarahnya.

Sejarah Bisht
Dahulu, bisht dikenakan oleh orang Bedouins atau orang Badui, suku pengembara di Jazirah Arab, saat musim dingin. Bahannya mirip bahan kain karung untuk melindungi pemakainya dari air hujan.

"Bisht pertama kali dijahit di Persia. Orang Saudi diperkenalkan pada bisht saat pedagang bisht datang ke tanah suci untuk haji atau umrah," kata Abu Salem, penjahit Saudi asal Al-Ahsa, dikutip dari Arab News.

Kini, bisht hanya dikenakan di acara khusus dan penting seperti pernikahan, festival, wisuda, dan Hari Raya Idulfitri.

Sehelai bisht bisa berharga sangat mahal karena sulaman emas, perak, tembaga, dan kain sutra yang digunakan dalam pembuatannya, seperti dikutip dari laman National Clothing.

Satu bisht berkisar dari sekitar Rp 415 ribu hingga Rp 82,9 juta.

"Bisht hitam dengan sulaman emas adalah yang paling populer setelah bisht krem dan putih. Baru diperkenalkan di '90-an. Bisht biru, marun, abu-abu biasanya dipakai anak muda. Yang tua tetap pakai warna hitam, cokelat, dan krem," kata Abu Salem.

Kain yang digunakan untuk membuat bisht, juga kini menjadi simbol perayaan, spesial, dan memberikan kesan mewah. Karena tidak lagi dibuat dari kain tebal, bisht tidak lagi umum berfungsi menghangatkan.

Royal bisht contohnya, dirancang khusus untuk pangeran, politisi, dan orang kaya. Karena itu, harganya umumnya paling mahal.

"Orang kaya biasanya pakai bisht warna hitam, madu, krem, dan krem muda. Mereka selalu pakai bisht buatan tangan dan menggunakan benang emas atau perak, kadang kombinasi keduanya," jelas Abu Salem.

Bisht kini umum  Untuk itu, bisht juga menjadi penanda atau pembeda sosok-sosok yang memakainya. Ddigunakan politisi, cendekiawan keagamaan, dan orang-orang berpangkat tinggi di negara-negara Teluk Arab, Irak, dan negara di utara Arab Saudi.

Di kebudayaan Arab, bisht buatan tangan merupakan simbol pembeda yang sangat besar bagi pemakainya. Karena itu, keterampilan membuat bisht juga diturunkan dari generasi ke generasi.

Daerah Al-Ahsa di Eastern Province dikenal sebagai kawasan penjahit bisht terbaik selama 2000 tahun. Mereka juga dikenal sebagai produsen bisht terdepan di negara-negara Teluk sejak 1940. Salah satu yang terkenal yakni Al-Qattan, Al-Kharas, Al-Mahdi, atau Al-Bagli, diturunkan dari nama keluarga penjahitnya.

Di Al-Ahsa sendiri dikenal bisht spesial Hasawi. Bisht paling mahal ini berbahan bulu unta, llama, atau wol kambing, dengan sulaman emas di kerah dan lengan.

"Membuat Hasawi adalah seni yang butuh akurasi dan kecakapan. Membuat sulaman emasnya butuh kesabaran dan makan waktu berjam-jam. Durasinya tergantung gaya dan desain. Satu bisht buatan tangan bisa makan wkatu 80 sampai 120 jam, oleh 4 penjahit, masing-masing dengan tugas spesifik," pungkas Abu Salem. (Redaksi)

 

Tag berita:
IDEhabitat