Jumat, 22 November 2024

Kisah Cinta Naif Raja Duryodana dengan Istri Cantiknya yang Keblinger

Penulis: Er Riyadi

Minggu, 2 Januari 2022 15:47

KisahKisah cinta naif Raja Duryodana dengan istri cantiknya, Dewi Banowati putri Raja Salya dari Mandaraka yang keblinger. (Andre/redaksi idenesia.co)

Memang syarat dari Banowati (Istri Duryodana) memang cukup gila. Ia mau diperistri, tapi saat acara mandi-mandi pernikahan, Banowati meminta syarat dimandikan Arjuna- Er Riyadi -

IDENESIA.CO - Siapa yang tidak kenal Raja Duryodana. Raja Hastinapura, kakak tertua Kurawa.

Urusan akhlak, mungkin dia buruk. Sifatnya agak angkuh. Songong.

Raja Doryudana jadi tokoh antagonis, dengan 5 Pandawa diamini pihak baik.

Kurawa, cerminan kemungkaran di dunia. 

Duryodana ditafsirkan memiliki sikap amat sangat buruk. Berbagai watak yang tidak baik seperti tidak peduli (cuek), mau menang sendiri (egois), kejam, tidak menghargai, semua tersemat kepadanya.

Beda pandangan ketika berbicara tentang sepupunya Pandawa, semua nilai-nilai baik jadi milik mereka.

Duryodana boleh jadi memang berakhlak buruk, namun ntuk urusan cinta, Duryodana adalah sosok berbeda.

Ia pecinta yang baik sekaligus lugu.

Dialah suami yang paling setia. Menanggung perasaan campur sari mendampingi istrinya yang keblinger. 

Raja Duryodana begitu mencintai istrinya Dewi Banowati, putri Raja Salya dari Mandaraka.

Banyak lelaki tergila-gila pada kecantikan Banowati

Ketika perempuan cantik tahu bahwa dia cantik, hal itu kadang menjadi petaka dunia.

Banowati tidak sempurna, dia cantik dan anggun tapi sedikit keras kepala. Menginginkan pejantan kualitas kelas wahid sebagai suaminya.

Pilihannya jatuh ke Arjuna, Si Penengah Pandawa.

Hukum dunia telah digariskan. Wanita cantik berjodoh dengan lelaki rupawan.

Tapi Arjuna terkenal playboy cap jempolan. Tampannya yang rupawan dan sikapnya yang lembut adalah kombinasi senjata ampuh meluluhkan wanita.

Benar saja, Banowati mencintai Arjuna tak berdaya.

Mereka akhirnya menjalin hubungan yang cinta. Banowati yang jelita, Arjuna yang gagah.


Penulis: Er Riyadi
Sejak sebelum menikah dengan Duryodana, Dewi Banowati memang telah jatuh hati pada Arjuna yang dinilainya sebagai lelaki paling tampan, jantan, dan gagah, seantero Dwipantara.

Kembali ke raja kita, Duryodana.

Patah hatinya dimulai dari pertentangan Pandawa dan Kurawa semakin memanas.

Menurut data intelijen negara, perang mungkin tak bisa dihindarkan.

Masing-masing kubu mulai aktif membangun koalisi. Blok Barat dan Blok Timur, persis seperi perang dingin pasca Perang Dunia II.

Kerajaan Mandaraka bisa dibilang masih Non Blok, tanpa keberpihakan. Di sinilah masalahnya, Pandawa dan Kurawa berebut negara Raja Salya masuk koalisi.

“Wahai nanda Raja Astina, memang sudah menjadi kehendak dewata jika perang bakal meletus. Perang tentu akan dimenangkan oleh pihak yang lebih kuat dan lebih banyak mendapat dukungan koalisi dari negara tetangga," begitulah kira-kira Sang Penasihat Negara, Sengkuti kepada keponakannya.

Pesan Sang Paman, Duryodana mesti membangun koalisi yang lebih gemuk. Itu harga mati jika hendak memenangkan pertempuran Kurusetra.

Mau tidak mau, Hastinapura mesti melobi Raja Salya.

“Bagaimana mungkin kita bisa merebut hati Prabu Salya?, sedangkan mereka bertetanggaan dengan Pandawa sejak jaman kuda gigit besi. Bukankah Salya itu masih iparnya Pandu, ayah Pandawa," Duryodana gelisah.

"Prabu Salya kan punya tiga putri yang cantik tiada banding. Pinanglah salah satunya, maka perkawinan paduka ini pasti akan menyatukan dua kerajaan," Sengkuni lalu terkekeh kala itu.

Tanpa pikir dua kali, berangkatlah Raja Duryodana ke Mandraka.

Prabu Duryodana datang menemui Prabu Salya, memohon menjadi menantu raja Mandraka, Prabu Salya

Mula-mula ia bertunangan dengan Dewi Erawati, Puteri Prabu Salya yang tertua, tetapi gagal karena Erawati diculik oleh Baladewa untuk diperistri, Salya yang sombong semula keberatan jika Erawati diperistri oleh Baladewa, namun keberatannya baru mencair setelah Salya tahu bahwa Baladewa juga Raja di Mandura.

Kedua kalinya Prabu Duryudana bertunangan dengan puteri Prabu Salya yang kedua, bernama Dewi Surtikanti, tetapi puteri itu diperisteri oleb Raden Suryaputra, yang kemudian bernama Adipati Karna. 

Surthikanti diikhlaskan menjadi milik Karna, sebagai jaminan kesetiaannya Karna agar bersedia membela Kurawa

Duryodana belum laku.

Akhirnya, yang ketiga dan satu-satunya, tinggal Dewi Banowati, puteri Prabu Salya yang ketiga.

Tetapi hati Duryodana ragu, Sang Raja tahu, Banowati tengah beradu kasih dengan Arjuna.

Tapi ini politik, maksud kakak tertua Kurawa itu. Tidak ada cinta, hanya kebutuhan koalisi mengalahkan Pandawa.

Tuhan punya rencana yang lucu.

Bertemulah Duryodana dan Banowati. Sumpah mati, Raja Hasina itu jatuh cinta. Dadanya seperti ditumbuk godam sesak. Tapi mulutnya tak berhenti tersenyum.

Duryodana jatuh cinta. Mereka menikah.

"Ngawur!!!" mata Duryodana langsung membelalak kala mendengar syarat Banowati atas pertunangan mereka.

"Gilllaaa....!!!" lanjut Raja Hastinapura itu.

Memang syarat dari Banowati memang cukup gila. Ia mau diperistri, tapi saat acara mandi-mandi pernikahan, Banowati meminta syarat dimandikan Arjuna.

Katakan? Calon suami mana yang mau menerima syarat konyol itu.

Tapi itulah Duryodana, raja kita sudah jatuh cinta. Dia mau berkorban apa saja.

Duryodana yang berhati lemah lembut penuh cinta seperti kain sutera kapas akhirnya menuruti keinginan kekasihnya itu.

Pernikahan tanpa cinta itu akhirnya dilangsungkan. 

Di sini masalahnya, meski resmi jadi Ratu Hastinapura, Banowati nyatanya masih suka memadu kasih dengan Arjuna.

Ini dilakukan tidak sekali, tetapi berkali-kali, Saat Duryodana sedang pergi bertugas menghimpun rapat gabungan koalisi, istrinya justu main serong.

Kegilaan itu memang diketahui Aswatama, petinggi kerajaan Hasinapura, tapi Banowati tetap bodo amat.

Sampailah pada saat yang mengguncang Marcapada. Banowati hamil, lalu melahirkan bayi laki-laki kembar pengantin, Laksmanakumara dan Dewi Lesmanawati.

Kata orang rupa anak-anak itu mirip Arjuna, tapi Duryodana masih kegirangan. Kedua anaknya itu tanpa dosa, terlihat kuat.

Mata pemimpin Kurawa itu berbinar-binar, melihat anak yang akan meneruskan namanya.

Aswatama bukan hanya dia, anak Guru Drona itu pernah melaporkan perselingkungah Banowati dan Arjuna.

Percayakah Duryodana, tentu tidak. Hatinya buta, yang ia tahu Raja Hasina mencintai istrinya.

Meski kepikiran, Duryodana memilih mengalihkan perasaannya ke Perang Kurusetra yang segera berlangsung.

Hatinya sakit menduga-duga pernyataan Aswatama, tapi perang ini harus dimenangkan. 

Arjuna dan Pandawa lainnya harus mati!

Perang Bharatayuda bergemuruh di Padang Kurusetra.

Banowati mendampingi suaminya di medan laga. 

“Suamiku, bagaimana kabar dari perang Bharatayuda? Apakah sudah berakhir? Apakah Kanda telah menyerahkan sebagian negeri Hastina kepada Pandawa?” Banowati berujar ke suaminya.

Dasar istri keji, perkataannya itu menusuk tajam jantung Duryodana.

Bukannya memberi semangat, Sang Ratu justru berniat menjatuhkan mental. Tapi Raja Hastina masih tenang-tenang saja, walau sedikit sakit kepala.

“Istriku tercinta (sambil memeluk dan menciumi Banowati), perang masih berlangsung. Sudah habis semua pepunden harta dan persediaan makanan, beserta orang-orang terkasih telah gugur," Duryodana curhat ke istrinya.

Banowati makin memberi damage, dimintanya suaminya itu menyerah. Merelakan kemenangan Kurusetra kepada titisan dewata.

“Bukankah Pandawa itu kan masih saudara kita sendiri toh, Kangmas? Kangmas cukup memberikan hak-hak mereka dari sepenggalan tanah di Hastina," Banowati bak seperti memukul mundur Duryodana.

“Ooooh Banowati, mengapa dinda tidak mengerti bagaimana perih hati ini menyaksikan kemenangan sedikit demi sedikit diraih Pandawa," Raja Hastinapura itu knockout.

Perang dilanjutkan, menang atau mati di medan laga.

Punggawa Hastinapura berguguran, menyisakan Duryodana maju sebagai senapati.

Ia maju seorang diti ke medan perang. Kekalutan hatinya menghadapi perang, hanyalah keselamatan Banowati yang diutamakannya.

Duryodana memerintahkan agar semua prajurit kerajaan pergi untuk mengamankan istri tercintanya agar segera mungkin dibawa ke tempat persembunyian yang teraman.

Lelaki pecinta istri itu maju menjemput maut. Ia berhadapan dengan Raden Werkudara, penengah Pandawa.

Titik kelemahan diketahui, paha kiri. Werkudara yang memang dikenal beringas menghantam paha kiri Duryodana

Brakkkkk, terhempaslah Raja Hastina itu ke tanah dengan wajah meringis.

Sang Raja sekarat, terdengar lirih suaranya “Banowatiku tercinta, maafkanlah suamimu ini, sudah tak mampu melindungimu lagi," nafas Duryodana terhenti.

Cinta membirahi memang tidak mengenal malu. Begitu perang usai, Banowati – permaisuri Doryudana (telah menjadi janda dua anak) menyeberang dengan sukacita ke Petilasan Pandawa dan meminta diperistri oleh Arjuna.

Duryodana memang mati, ia kalah di Perang Bharatayuda.

Tapi ia mati membawa harga dirinya sebagai raja sah Hastinapura.

Menjaga kehormatan diri sebagai suami, menjaga istrinya yang keblinger. (Er Riyadi)

Tag berita:
IDEhabitat