Pada zaman Romawi, singa diangkut dari Kartago melintas wilayah kekaisaran untuk digunakan dalam permainan gladiator.
Kemudian selama abad pertengahan, singa menjadi bagian koleksi hewan eksotis di kebun binatang Eropa.
Pada masa itu pula singa banyak mengilhami lukisan dan patung.
Singa Afrika Utara adalah jenis singa pertama yang ditemui dan dicatat oleh peneliti kehidupan liar abad Pencerahan.
Pada tahun 1800-an dan awal 1900-an, spesies hewan dari keluarga kucing ini sering dipamerkan di kebun binatang dan diawetkan di rumah-rumah orang kaya dan museum.
Sebelum abad ke-18, singa Afrika Utara masih berkeliaran secara luas di seluruh wilayah Maghreb yang bersama dengan pesisir utara Libya, merupakan wilayah asli singa.
Pada abad ke-19, tindakan penguasa Turki yang menghargai mahal kepala singa berkontribusi pada penurunan jumlah singa yang tak terhitung jumlahnya di Afrika Utara bagian barat dan kemudian selama kontrol Prancis atas Aljazair, hadiah untuk untuk singa dilanjutkan dan banyak singa dibunuh antara tahun 1873 dan 1883.
Di Maroko, singa awalnya bernasib lebih baik sejak negara itu diperintah oleh sultan tetapi perburuan yang meluas pada abad ke-19 membuat singa Atlas terisolasi di daerah terpencil yang terpisah di Maroko, Aljazair, dan Tunisia.
Singa terakhir di Tunisia dibunuh pada tahun 1891.
Yang mengejutkan, bukti visual terakhir tentang singa Atlas di alam liar adalah foto udara tahun 1925 di Maroko dalam penerbangan Casablanca-Dakar. (redaksi)