Ketika Seoharto kembali ke Indonesia, situasi di Indonesia masih mencekam dan banyak pusat perdagngan yang tutup serta banyak warga yang takut untuk keluar rumah. Situasi yang semakin mencekam, membuat banyak warga negara asing yang kembali ke negara asalnya.
Kemudian, pada 19 Mei 1998, Soeharto memanggil sembilan tokoh Islam, di antaranya Nurcholis Madjid, Abdurachman Wahid atau Gus Dur, Malik Fajar, dan KH Ali Yafie.
Pertemuan tersebut berlangsung selama 2,5 jam, yang semula direncanakan hanya 30 menit, para tokoh membeberkan situasi yang terjadi dan banyak masyarakat serta mahasiswa tetap menginginkan Soeharto mundur dari jabatannya sebagai presiden.
Namun, permintaan tersebut ditolak oleh Soeharto dan Soeharto mengajukan pembentukan Komite Reformasi. Soeharto menegaskan bahwa dirinya tidak mau dipilih lagi menjadi Presiden, namun pernyataan Soeharto tersebut tidak dapat meredam aksi massa. Bahkan mahasiswa yang datang ke Gedung MPR untuk melakukan unjuk rasa semakin banyak. Di tanggal yang sama, Amien Rais mengajak massa mendatangi Lapangan Monumen Nasional untuk memperingati Hari Kebangkitan Nasional.
Pada 20 Mei 1998, jalan menuju Lapangan Monas diblokir ole aparat keamanan dengan kawat berduri. Hal ini dilakukan untuk mencegah massa masuk ke dalam kompleks Monas.
Berkaitan dengan hal tersebut, Amien Rais meminta suapaya massa tidak datang ke Lapangan Monas karena dikhawatirkan akan terjadi bentrok berdarah dengan aparat keamanan.
Di sisi lain, ribuan mahasiswa sudah berhasil menguasai gedung MPR/DPR dan mendesak Soeharto supaya mundur.
Akhirnya, pada 21 Mei 1998, Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya sebagai presiden dan BJ Habibie disumpah menjadi Presiden RI.
(Redaksi)