"Tahun 2001 mendapatkan penghargaan dari MURI (Museum Rekor Dunia Indonesia) sebagai Patung Buddha Tidur Terbesar di Indonesia dengan ukuran panjang 22 meter, lebar 6 meter, tingginya 4,5 meter," terangnya.
Patung raksasa yang menjadi salah satu destinasi wisata favorit di Trowulan ini juga disebut Patung Buddha Maha Paranibbana. Yaitu menggambarkan detik-detik wafatnya Buddha Gautama. Sang Budha wafat dengan posisi seperti tidur miring ke kanan dengan telapak tangan kanan menyangga kepalanya.
"Kenapa wafatnya seperti itu? Karena memang keseharian beliau istirahatnya seperti ini," ungkap Sariyono.
Sariyono menjelaskan, Buddha Gautama lahir dengan nama Siddhartha Gautama di Taman Lumbini, Kota Kapilavastu, India tahun 623 sebelum masehi (SM). Ia anak tunggal penguasa Kerajaan Kosala, Raja Suddhodana dan Dewi Maha Maya.
Siddhartha mencapai pencerahan dan menjadi Buddha saat bertapa di bawah pohon Bodhi di Hutan Gaya, India tahun 588 SM pada usia 35 tahun. Buddha Gautama wafat setelah 40 tahun mengajarkan Agama Buddha pada tahun 543 SM.
Ketiga peristiwa tersebut terjadi pada waktu yang sama, yaitu pada purnama sidhi di Bulan Waisak dalam kalender Budha. Momen kelahiran, mencapai pencerahan dan wafatnya Siddhartha Gautama dirayakan sebagai Hari Raya Waisak oleh umat Buddha.
"Siddhartha adalah manusia yang mengajarkan ajaran-ajaran kebaikan kepada sesama manusia, mungkin bahasa umumnya bisa dikatakan nabi," jelasnya.