Di tengah tekanan global akibat kebijakan tarif resiprokal Presiden AS Donald Trump, pengamat meminta Indonesia tidak tinggal diam. Ketimbang terus be...
IDENESIA.CO - Di tengah tekanan global akibat kebijakan tarif resiprokal Presiden AS Donald Trump, pengamat meminta Indonesia tidak tinggal diam.
Ketimbang terus bernegosiasi, respons balik berupa tarif balasan dinilai lebih strategis untuk melindungi kepentingan nasional.
Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dalam beberapa hari terakhir dinilai tak lepas dari dampak perang dagang yang kembali memanas.
Presiden AS Donald Trump secara sepihak menerapkan tarif baru terhadap sejumlah negara mitra dagang, termasuk Indonesia.
Berdasarkan data Bloomberg per Jumat (4/4/2025), kontrak Non-Deliverable Forward (NDF) rupiah turun drastis 1,58 persen ke level Rp17.006 per dolar AS.
Ibrahim Assuaibi, pengamat pasar uang, menilai bahwa kondisi ini seharusnya disikapi tegas oleh pemerintah Indonesia.
"Negosiasi penting, tapi saat ini Indonesia harus tegas dan siap melakukan perlawanan dengan tarif balasan atas produk AS, misalnya sebesar 32 persen," ujarnya, Sabtu (5/4).
Menurutnya, sikap defensif tanpa respons konkret hanya akan memperburuk posisi Indonesia dalam konstelasi perdagangan global, apalagi di tengah tekanan geopolitik dan sinyal hawkish dari The Fed yang belum berniat menurunkan suku bunga.
Meski Bank Indonesia tetap melakukan triple intervensi guna menjaga stabilitas nilai tukar, Ibrahim menilai langkah itu tak akan cukup signifikan jika pemerintah tidak turut memperkuat posisi diplomasi ekonomi.
(Redaksi)