Kamis, 19 September 2024

Kabar Nasional Terkini

Kelembagaan Baru untuk Komoditas Kakao dan Kelapa

Kamis, 11 Juli 2024 10:53

Buah kakao yang sedang dalam proses penjemuran (Istimewa)

IDENESIA.CO - Memudahkan pengelolaan kakao dan kelapa, Kementerian Perindustrian menginisiasi kelembagaan untuk kedua jenis komoditas perkebunan tersebut.

Kelembagaan yang dibentuk tersebut untuk menjamin ketersediaan bahan baku industri, menjaga kelangsungan industri dan daya saing serta meningkatkan nilai tambah.

Indonesia sendiri pernah menduduki peringkat ketiga negara penghasil biji kakao hingga tahun 2015, namun saat ini berada pada peringkat ketujuh.

Dari sisi industri, Indonesia sejauh ini menjadi salah satu produsen dan pengekspor keempat produk olahan kakao di dunia pada tahun 2023.

terkait hal tersebut Presiden Joko Widodo telah melakukan rapat terbatas bersama Kementerian Perindustrian memutuskan bahwa pengelolaan kakao dan kelapa dilimpahkan kepada Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dengan membentuk dua kedeputian baru, yaitu Deputi Kakao dan Deputi Kelapa. 

Selanjutnya, penghimpunan dana tetap dilakukan melalui skema pungutan ekspor yang dikelola langsung oleh BPDPKS.

”BPDPKS sudah mempunyai dana besar yang bisa dipakai untuk sektor kakao dan kelapa sehingga bisa berjalan segera,” ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menjelaskan hasil rapat terbatas tersebut Rabu (10/7/2024).

Indonesia pernah menduduki peringkat ke-3 negara penghasil biji kakao hingga tahun 2015, namun saat ini berada pada peringkat ke-7.

Dari sisi industri, Indonesia sejauh ini menjadi salah satu produsen dan pengekspor ke-4 produk olahan kakao di dunia pada tahun 2023.

Selama periode 2015-2023, terjadi penurunan produksi kakao Indonesia sebesar 8,3% per tahun dan terjadi peningkatan impor dari 239.377 ton menjadi 276.683 ton.

Pertumbuhan industri pengolahan kakao belum dibarengi dengan ketersediaan bahan baku yang menyebabkan 9 dari 20 perusahaan berhenti beroperasi. Industri pengolahan kakao saat ini harus mengimpor 62% bahan baku biji kakao.

Sementara itu, hilirisasi kelapa masih terbatas karena pemanfaatan bahan baku kelapa belum optimal dan saat ini masih ada kelapa bulat yang diekspor. Hal ini mengakibatkan utilisasi industri pengolahan kelapa masih sekitar 55%. 

Di sisi lain, Indonesia memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhan global, sehingga masih terdapat ruang peningkatan hilirisasi kelapa yang sangat besar.

Diharapkan kelembagaan kakao dan kelapa akan memberikan dampak positif pada petani dan industri. Manfaat bagi petani meliputi peningkatan produktivitas melalui intensifikasi dan peremajaan lahan, peningkatan hasil olahan dan jaminan kepastian penyerapan panen. 

Sementara itu, manfaat bagi industri berupa peningkatan nilai tambah dan ekspor serta diversifikasi pada produk turunan bernilai tambah tinggi.

Di ketahui Sulawesi Tengah menjadi provinsi penghasil kakao terbesar pada 2023, dengan volume produksi 130,8 ribu ton atau 20,38% dari total produksi nasional. Sementara itu, produksi kelapa secara nasional mencapai 2,89 juta ton pada 2023. Nilai ekspor kakao adalah US$ 1,3 miliar dan kelapa US$ 1,2 miliar.

(Redaksi)

Tag berita:
IDEhabitat