Jumat, 5 Juli 2024

Sosok Inspiratif

Kenalan Dengan Onyeng, Penyeduh Kopi Tarik Pertama di Pulau Maratua Berau

Kenalkan Kopi Lokal dari Bulungan

Jumat, 24 Desember 2021 21:52

Kenalan dengan Onyeng, penyeduh kopi tarik pertama di pulau Maratua Berau. Kenalkan kopi lokal dari Bulungan. (Er Riyadi)

IDENESIA.CO - Pantai, senja dan kopi bisa jadi perpaduan paling romantis, kira-kira begitu mungkin anak indie berucap.

Perpaduan itu penulis rasakan kala berkesempatan mengunjungi Pulau Maratua, Berau.

Budaya ngopi telah menjadi gaya hidup masyarakat Indonesia.

Kopi menjelma menjadi aktifitas spiritual asik, setidaknya begitu yang penulis rasakan.

Mengunjungi tempat baru atau destinasi wisata, memburu kopi wajib saya lakukan.

Terlebih di Indonesia, yang punya segudang cita rasa kopinya.

Di Maratua, penulis berkenalan dengan Bang Onyeng, pemilik kedai Nekat Ngopi.

Bang Onyeng dengan Nekat Ngopi miliknya menjadi kedai kopi pertama di Maratua.

Konsep yang disuguhkan adalah kopi tarik tradisional.

Misinya jelas, menjamurkan kedai kopi di seluruh Pulau Maratua.

Sebelum lanjut, mari kita berkenalan. Siapa itu Bang Onyeng.

Nama aslinya Yeyin, tapi karena susah dieja, kawan-kawannya lalu menyematkan panggilan baru, Onyeng.

Ia berasal dari Lampung. Memilih berkelana dengan vespa andalannya. Cita-cita mengelilingi Nusantara.

2002, ia hijrah dari Lampung ke Jakarta, kota dengan sejuta janji untuk kehidupan.

Berselang satu tahun, Bang Onyeng melanjutkan perjalanannya ke Jogjakarta. 2004 ke Bali, dan pelabuhan lainnya ke Kaltim, pada akhir 2005.

Bang Onyeng terkena kutukan Mahakam, lalu menetap di Bumi Mulawarman.

Bang Onyeng memilih hidup di Tenggarong dan Samarinda. Cukup lama selang antara 2005 hingga 2020.

Dalam perenungan, ia menemukan ide yang lebih gila.

Menyeberang ke Malaysia menggunakan vespa.

Sayang, Setember 2020 Negeri Jiran itu menutup seluruh akses negaranya karena hantaman Covid-19.

Padahal waktu itu, Bang Onyeng sudah berada di perbatasan Indonesia-Malaysia di Kaltara.

Sedikit kecewa tak bisa ke Malaysia, Bang Onyeng melanjutkan perjalannya, lalu singgah ke Maratua.

Wisata bahari nan mempesona.

Siapa sangka, disinilah ia mengadu nasib dengan kopi gerobaknya.

"Kenapa memilih Maratua, terjebak mungkin. Touring sendirian dengan vespa ke Sebatik, perbatasan Indonesia-Malaysia," kisah Onyeng, ditemui di kedai kopi miliknya.

Mulanya di Maratua, Onyeng meniti dengan jualan sovenir kepada para pelancong.

Pandemi memukul mundur dunia pariwisata. Onyeng ikut knockout juga. Tapi hidup harus berlanjut, hidup harus dimenangkan.

Usai curhat dengan kawan-kawan, Bang Onyeng memilih kopi jadi bahtera baru mengarungi hidup.

"Awalnya gak mengerti kopi, belajar kopi dari otodidak dengan kawan-kawan yang main kopi duluan," curhatnya.

Pada 15 Januari 2021, Nekat Kopi resmi dibuka untuk pertama kalinya.

Ramai pengunjung? Tentu tidak.

Kopi sebagai gaya hidup ada di perkotaan, tapi di Maratua tidak, atau belum mungkin.

Awal merintis kedai kopi, pembeli bisa dihitung jari.

Bang Onyeng sempat ingin menyerah.

Sebulan awal buka, ia nyaris hendak memilih mengakhiri usahanya.

Tuhan punya rencana. Ide cukup berani Bang Onyeng lakukan.

Ia memberikan kopi gratis kepada warga. Metode itu dilakukan untuk memasyakatkan ngopi.

Proses tidak akan mengkhianati hasil.

"Sampai pernah hampir tutup. Sukarela saya seminggu tiga kilo kopi free untuk masyarakat. Tapi masyarakat tidak memberikan sambutan. Sampai pada akhirnya bertahan," lanjutnya seraya menyiapkan pesanan pelanggan.

Kopi yang disajikan beragam, mulai dari Kopi Lampung, Kopi Gayo, dan lain-lain.

Tapi ada satu kopi andalan, Kopi Banuanta, kopi lokal dari Bulungan.

Kopi Banuanta jadi menu andalannya, menyajikan seduhannya.

Kini Bang Onyeng bisa menjual 20 gelas per hari untuk menu seduhan kopi. Tidak banyak bila dibandingkan kedai kopi di perkotaan.

Tapi percayalah, itu cukup untuk lelaki kelahiran Lampung itu.

Cita-citanya ke depan, bagaimana kedai kopi menjamur di Maratua. Terkhusus bagaimana masyarakat bisa menikmati kopi.

"Saya punya mimpi, mensosialisasikan tumbuhnya kedai kopi, hingga kopi tradisional menjamur di Maratua," tegasnya. (Er Riyadi)

Tag berita:
IDEhabitat