Jumat, 22 November 2024

Asal-usul dan Sejarah

Menelusuri Asal-usul dan Sejarah Pembangunan Jalan Balikpapan-Samarinda, Pernah Jadi Jalur Pelarian Perang Dunia II

Dibangun Insinyur Rusia dan Jepang

Rabu, 26 Januari 2022 23:49

Menelusuri asal-usul dan sejarah pembangunan Jalan Balikpapan-Samarinda, jalur pelarian Perang Dunia II. Dibangun insinyur Rusia dan Jepang. (IST)

IDENESIA.CO - Jalur darat menghubungkan Balikpapan dan Samarinda, sudah ada sejak masa lampau.

Jangan dibayangkan seperti sekarang, kala itu bentuk jalan masih setapak dan berkontur tanah.

Berbagai fase sejarah terbingkai di jalan sepanjang 115 kilometer itu.

Dalam tulisan sejarah Hario Kecik dalam Pemikiran Militer 2: Sepanjang Masa Bangsa Indonesia (2009), menulis jalan rute Balikpapan-Samarinda pernah dibangun oleh tentara Jepang di Perang Dunia II.

"Sebagian besar jalan lama itu yang mengikuti ketinggian bukit-bukit, sudah ditumbuhi rumput ilalang. Terdapat bagian yang gundul kerena tanahnya terdiri atas pasir kwarts putih yang tidak mengizinkan tanaman tumbuh di atasnya. Ada bagian-bagian yang melewati tepi-tepi jurang. Hutan lebat menutupi kiri kanan jalan pada banyak tempat," tulis Hario Kecik (2009).

Tahun 1942, akses jalan Balikpapan-Samarinda belum terhubung. Tapi, rute itu jadi penyelamat serdadu-serdadu Belanda.

Mereka (serdadu Belanda) menggunakan rute itu sebagai jalur pelarian dari serangan brutal pihak Jepang. Belanda terpukul mundur.

Tahun 1945, giliran pihak sekutu yang melancarkan serangan.

Giliran serdadu Jepang yang kalang kabut menahan gempuran itu. Perlarian tak bisa dihindarkan dari Balikpapan yang sempat dikuasai sekian tahun.

Jalur pelarian yang dipilih sama, menggunakan rute Balikpapan-Samarinda untuk menyelamatkan diri.

“Tentara Jepang memakai jalan itu untuk mengamankan harta karun. Saya memikirkan jiwa para romusha atau pekerja paksa, yang dikorbankan oleh Jepang untuk melaksanakan proyek militer itu," lanjut tulisan Kecik dalam memoarnya itu.

Pasca kemerdekaan Indonesia, rute Balikpapan-Samarinda dibangun serius.

Tahun 1961, proyek jalan raya mulai dikerjakan. Jalan itu diberi nama Jalan Projakal, sebelum akhirnya bernama Jalan Soekarno-Hatta.

"Tahun 1961 proyek jalan raya Balikpapan-Samarinda mulai dikerjakan," Hario dalam Memoar Hario Kecik II (2001).

Pembangunam jalan Program Jalan Kalimantan (Projakal) dilakukan oleh kelompok teknisi ahli konstruksi dari Rusia (Uni Soviet) kala itu)

Mereka teknisi-teknisi Rusia yang terlibat dalam pembangunan jalan poros yang menghubungkan Samarinda-Balikpapan sepanjang 115 km.

Militer Indonesia serta warga ikut serta membantu pekerjaan pembuatan jalan.

Belum sempat rampung, pasca 1965 politik dan keamanan Indonesia bergejolak.

Jalan Projakal terbengkalai. Peristiwa G30S pecah dan para teknisi Rusia dipulangkan.

Rusia atau Uni Soviet yang manifestasi dari negara-negara komunis blok timur, termasuk negara yang dijauhi Orde Baru. Banyak proyek yang sedang berjalan terbengkalai.

Ketika orang-orang Rusia dipulangkan, orang-orang pribumi yang terlibat pembangunan jalan pun ketakutan.

Menurut Sabran Achmad (dikutip dari Kompas 2009). Para pekerja jalan akses Balikpapan-Samarinda disangkut pautkan dengan Rusia, yang selanjutnya menjurus ke Partai Komunis Indonesia (PKI).

Orang-orang yang tinggal di sepanjang Loa Janan Ilir pun “kena" tuduh sebagai PKI. Hidup mereka pun segera susah di awal-awal orde baru.

Proyek Projakal baru rampung pada tahun 1971. Jalan Balikpapan-Samarinda diresmikan oleh Presiden Soeharto, pada tanggal 20 Juli 1977.

Seperti dicatat dalam buku Kotapraja (1972), proyek yang sempat ditinggalkan kontraktor Rusia ini akhirnya dilanjutkan oleh teknisi dari Jepang.

Adapun dananya, bersumber dari kredit pemerintah Jepang sebesar USD 320 ribu. Di kalangan ekspatriat era 1970an hingga 1980an dikenal sebagai Russian Road, lalu berganti nama menjadi Jalan Soekarno-Hatta hingga saat ini. (Er Riyadi)

Tag berita:
IDEhabitat