Sehingga Sultan Buton dianugerahi gelar Khalifatul Khamis oleh Khalifah Ustmaniyah, Ketika itu Khilafah Ustmaniyah di Istanbul Turki sebagai pusat pemerintahan Islam mengakui kedaulatan Kesultanan Buton yang menjalankan secara penuh syariat islam dalam sistem pemerintahannya.
Beberapa orang peneliti sejarah yang berasal dari Buton menyebut bahwa sampai sekarang masih terdapat beberapa peninggalan Syekh Abdul Wahid di Kesultanan Buton, diantaranya yang dinamakan Benteng Kraton, yaitu benteng pertahanan yang mengelilingi istana sultan dengan berbagai alat kelengkapannya.
Terdapat juga dua buah masjid tua. Satu terletak di Walio, yaitu asal pusat Kesultanan Buton.
Menurut riwayat, bahwa Masjid di Walio itu didirikan oleh Syekh Abdul Wahid ketika mula-mula menginjakkan kakinya di Pulau Buton.
Masjid kedua terletak di Desa Liatogo, Pulau Wangi-Wangi sebelah tenggara Pulau Buton yang didirikan pada masa sultan pertama.
Di masjid ini terdapat sebuah batu yang dinamakan Batupoaro.
Menurut riwayat di atas batu itulah tempat Syekh Abdul Wahid berkhalwat melakukan ibadah, dan disanalah dia menghilangkan diri, tiada diketahui ke mana perginya selepas itu.
Batupoaro sampai sekarang dianggap tempat keramat bagi sebahagian masyarakat Buton.
Mereka datang ke batu tersebut untuk membayar nazar, berdoa agar mendapat berkat melalui karomah Syekh Abdul Wahid bin Syarif Sulaiman al-Fathani, yang telah berhasil mengislamkan sultan dan rakyat Buton. (redaksi)