IDENESIA.CO - Ekonomi kreatif di YouTube diklaim berkontribusi Rp7,5 triliun pada produk domestik bruto (PDB) Indonesia di 2021. Public video platform ini juga disebut mendukung lebih dari 200 ribu pekerja penuh waktu atau full time di berbagai bidang .
Klaim itu berdasarkan estimasi pendapatan yang dibayarkan oleh YouTube kepada pengusaha kreatif, perusahaan media, dan industri musik di tanah air.
Laporan tersebut dilakukan oleh Oxford Economics melalui kombinasi wawancara kuantitatif dan kualitatif, serta 3 survei anonim yang dilakukan dengan lebih 3.000 penonton Indonesia, lebih dari 3.000 kreator, dan lebih dari lebih 500 bisnis.
Survei tersebut mencakup penonton dari berbagai latar belakang sosial ekonomi, serta berbagai bisnis dan kreator atau kanal dengan jumlah subscribers beragam, mulai dari yang memiliki kurang dari 500 hingga lebih dari jutaan subscribers di Indonesia.
Bagi kreator, survey dilakukan ke semua kalangan termasuk mereka yang mempunyai jutaan subscribers. Laporan ini juga menghitung estimasi pengeluaran kreator serta menghitung pendapatan YouTube yang dibayarkan kepada kreator dan pengusaha kreatif.
“Kami bertanya bagaimana mereka mengeluarkan biaya untuk kebutuhan YouTube mereka, seperti untuk membeli peralatan untuk rekaman, atau software editing,” jelas James Lambert, Director of Economic Consulting Asia Oxford Economics dalam acara Google for Indonesia, Rabu (7/12).
Laporan tersebut mengemukakan kehadiran YouTube juga mendukung lebih dari 200.000 pekerjaan purnawaktu (FTE), sehingga membantu pemerintah untuk mencapai target penciptaan 4,4 juta lapangan kerja di sektor ekonomi kreatif hingga tahun 2024.
"Sebelumnya, YouTube sebagian besar digunakan di kota besar. Namun dengan kehadiran akses Internet yang lebih baik, people dari berbagai provinsi bisa menontonnya sekarang," ujar Gaunand Atam, Vice President Asia Pasific (APAC) YouTube di acara Google4ID, Jakarta, Rabu (7/12).
"Untuk memenuhi perubahan kebiasaan dari orang-orang Indonesia, YouTube juga melakukan perubahan. Kami meluncurkan YouTube Kids, Music, Premium. Dan yang terbaru Shorts," tambahnya.
Selain penonton dan produk, Gautam mengatakan YouTube juga mengalami pertumbuhan pada kreatornya, salah satunya di Indonesia.
"Pada Juni lalu, jumlah kreator yang mendapat Silver button, atau titik di mana mereka memiliki lebih dari 100 ribu subscribers, meningkat 45 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya," tuturnya.
Kreator YouTube Indonesia disebut tak hanya memberikan informasi, menghibur, dan menginspirasi penontonnya, tetapi juga menstimulasi ekonomi kreatif secara umum.
Ketika sebuah kanal bertambah besar, maka jumlah kru yang direkrut turut meningkat karena kebutuhan produksi konten. Hal ini kemudian disebut berimplikasi pada ekosistem kreatif di Indonesia yang menjadi lebih kuat, dan akhirnya berdampak positif pada lapangan kerja dan PDB nasional.
Kreator YouTube profesional bisa mendapatkan manfaat dari YouTube dengan memproduksi dan membagikan konten. Para kreator disebut dapat meningkatkan penghasilan, baik di dalam maupun di luar platform.
Dengan platform ini, kreator tanah air dapat "mengekspor" dan membagikan konten kepada audiens di seluruh dunia.
“YouTube adalah rumah bagi ribuan pewirausaha kreatif di Indonesia yang telah menemukan inspirasi dan membangun bisnis yang berkembang pesat. Sungguh menggembirakan melihat kreator dari semua lapisan masyarakat dapat berkembang di platform kami,” jelas Gautam Anand, Vice President, YouTube, APAC.
YouTube juga dapat digunakan untuk mendongkrak penghasilan para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia. Mereka dapat membuat kanal YouTube untuk menjangkau audiens yang lebih luas dan membangun brand awareness, sehingga membantu mereka meningkatkan pendapatan.
Setiap bisnis baik di skala kecil di pedesaan maupun bisnis yang sudah mapan di kota besar dapat memanfaatkan platform ini.
"Kami tetap berkomitmen untuk terus mendukung kreator, artis, dan bisnis di Indonesia, sekaligus menciptakan lebih banyak peluang di Indonesia, baik itu mendorong manfaat ekonomi, menciptakan lapangan kerja, atau mendapatkan pengakuan dari kancah global." Tutup Gautam Anand, Vice President, YouTube, APAC
(Redaksi)