Umum

Pemkot Tetapkan Disporapar Kelola Citra Niaga, DPRD Samarinda Minta Ada Dampak Nyata bagi Wisata dan Ekonomi Kreatif

IDENESIA.CO – Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda resmi menetapkan Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) sebagai pengelola baru kawasan Citra Niaga. Keputusan ini menandai perubahan signifikan dalam arah pengembangan salah satu kawasan paling ikonik di Kota Tepian, setelah sebelumnya Citra Niaga berada di bawah pengelolaan Dinas Perdagangan (Disdag).


Penetapan ini memunculkan harapan baru terhadap masa depan Citra Niaga yang sejak beberapa tahun terakhir mengalami penurunan aktivitas dan minim inovasi. Dengan beralih ke Disporapar, kawasan tersebut diproyeksikan akan lebih fokus pada penguatan karakter sebagai ruang wisata kota, pusat seni budaya, dan wadah bagi pelaku ekonomi kreatif lokal.

Anggota Komisi III DPRD Samarinda, Abdul Rohim, menyatakan dukungan penuh atas kebijakan Pemkot. Ia menilai keputusan tersebut sudah berada pada jalur yang tepat, mengingat dinamika Citra Niaga yang belakangan lebih dekat dengan kegiatan pariwisata dan ekonomi kreatif ketimbang sekadar perdagangan konvensional.

“Citra Niaga sangat melekat dengan aktivitas pariwisata dan ekonomi kreatif. Jadi, pengalihan pengelolaannya ke Disporapar itu sudah tepat sasaran,” kata Rohim, Selasa (11/11/2025).

Politisi Partai Keadilan Sejahtera itu menilai bahwa Citra Niaga kini perlu disentuh oleh tangan kreatif dan visi pembangunan destinasi wisata perkotaan. Ia melihat banyak potensi yang belum tergarap maksimal, mulai dari kegiatan seni, pameran, hingga festival-festival komunitas yang sebenarnya mampu menarik wisatawan, baik lokal maupun luar daerah.

Sejak diresmikan pada 1987, Citra Niaga pernah menjadi magnet ekonomi Samarinda. Kawasan ini dikenal sebagai pusat suvenir, tenun Dayak, serta kuliner khas Kaltim. Namun, memasuki era modernisasi dan persaingan wisata kota yang semakin ketat, geliat Citra Niaga perlahan menurun.

Banyak bangunan tampil kusam, pedagang tidak tertata, dan ruang publik kurang dirawat. Situasi tersebut membuat daya tarik kawasan tergerus dan kalah bersaing dengan area komersial baru.

Rohim menilai, momentum pengalihan pengelolaan ini harus dijadikan titik balik untuk menghidupkan kembali Citra Niaga.

“Kalau dikelola dengan baik oleh Disporapar, Citra Niaga bisa menjadi perwajahan Kota Samarinda. Ini kawasan yang punya potensi besar, tinggal bagaimana kita menatanya secara konsisten,” tegasnya.

Rohim mengingatkan Pemkot agar perubahan pengelolaan tidak hanya sebatas formalitas. Ia ingin agar kebijakan tersebut berjalan dengan hasil nyata, terutama menyangkut revitalisasi, penataan, serta peningkatan ekonomi warga.

“Kita ingin ada perubahan nyata. Jangan hanya berganti dinas, tapi tidak ada hasil. Disporapar harus bisa membangkitkan gairah wisata dan ekonomi di sana,” katanya.

DPRD mendorong agar Pemkot dan Disporapar segera menyusun program jangka pendek, menengah, dan panjang. Tidak hanya menata fisik kawasan, melainkan juga menghadirkan kegiatan rutin yang melibatkan komunitas seni, UMKM kreatif, pelajar, hingga seniman lokal.

Menurut Rohim, Citra Niaga harus dihidupkan dengan berbagai aktivitas masyarakat yang bersifat kreatif maupun hiburan. Kawasan yang hidup secara sosial akan menarik wisatawan, menghidupkan ekonomi lokal, dan memberikan identitas baru bagi kota.

“Jika kawasan ini hidup dengan aktivitas masyarakat, wisatawan juga akan datang. Citra Niaga seharusnya menjadi magnet ekonomi baru bagi warga Samarinda,” jelasnya.

Ia mencontohkan sejumlah kegiatan seperti:

  • Festival kuliner dan jajanan lokal

  • Pameran seni dan produk kriya

  • Pertunjukan musik dan teater rakyat

  • Pasar kreatif anak muda

  • Event weekend yang melibatkan komunitas

Menurutnya, keberadaan kegiatan-kegiatan tersebut akan menciptakan perputaran ekonomi dan meningkatkan citra Citra Niaga sebagai destinasi wisata kota.

Masalah utama yang sering muncul dalam pengelolaan kawasan publik adalah minimnya perencanaan dan anggaran. Rohim mengingatkan Disporapar untuk memiliki roadmap yang jelas.

“Disporapar harus punya roadmap pengembangan Citra Niaga. Termasuk bagaimana menarik investor, meningkatkan daya tarik wisata, dan memperkuat branding kawasan,” ujarnya.

Ia juga mendorong Pemkot agar mempercepat program revitalisasi yang sudah digagas bertahun-tahun tetapi tidak kunjung tuntas. Letak Citra Niaga yang strategis dekat dengan Tepian Mahakam, PKL Simpang Pasar Pagi, dan jalur utama kota menjadi peluang yang tidak boleh disia-siakan.

Sementara itu, Disporapar Samarinda disebut tengah menyusun rencana kerja yang fokus pada pembenahan awal. Beberapa program yang kabarnya akan segera berjalan meliputi:

  • Perbaikan area pedestrian dan jalur pejalan kaki

  • Penataan pedagang agar lebih rapi dan tematik

  • Perbaikan sistem pencahayaan malam hari

  • Aktivasi ruang publik dengan agenda seni dan budaya

  • Penataan signage dan identitas visual kawasan

Dengan langkah ini, Pemkot ingin menjadikan Citra Niaga sebagai ruang publik yang lebih aman, nyaman, dan menarik bagi semua kalangan.

Peralihan pengelolaan ini menjadi momentum penting untuk membuktikan bahwa Citra Niaga bisa kembali menjadi ikon Kota Samarinda. Jika revitalisasi berjalan konsisten, kawasan ini berpotensi tumbuh seperti kampung kreatif perkotaan di kota-kota besar, yang bukan hanya ruang belanja, tetapi ruang interaksi sosial warga kota.

Dengan pengelolaan baru di tangan Disporapar, harapan masyarakat kini tertuju pada perubahan yang nyata baik bagi pedagang, komunitas kreatif, maupun wisatawan.

“Kalau ini bisa ditata secara terpadu, saya yakin Citra Niaga akan kembali jadi ikon kota. Dan itu bukan hal yang mustahil,” pungkas Rohim.

(Redaksi)

Show More
Back to top button