IDENESIA.CO - Dengan gaya eksperimental dan desain inovatifnya, dia menjadi perempuan dan muslim pertama di dunia yang berhasil menyabet Penghargaan Arsitektur Pritzker.
Perempuan kelahiran Irak ini menciptakan sejumlah mahakarya, di antaranya Gedung Opera Guangzhou di China, arena renang Olimpiade London 2012, Museum Seni Rupa di Amerika Serikat, dan sebagainya.
Kehidupan awal Zaha Mohammad Hadid lahir pada 31 Oktober 1950 di Baghdad, Irak. Ayahnya merupakan seorang industrialis dan salah satu pendiri Partai Demokratik Nasional di Irak, Muhammad al-Hajj Husayn Hadid. Sementara, ibunya, Wajiha al-Sabunji, berprofesi sebagai seniman
Lahir dari keluarga kaya, dia dapat menerima pendidikan mahal dan menempuh pendidikan sekolah asrama di Inggris dan Swiss. Sebagai seorang gadis cilik, dia bahkan tidak memiliki keraguan di dalam benaknya untuk mengejar karier profesional suatu saat nanti. Cerdas dan ambisius, dia memilih untuk menempuh pendidikan di American University of Beirut dan meraih gelar di bidang matematika. Pada 1972, dia pergi ke London dan berlajar di Architectural Association.
Di tempat inilah, dia bertemu dengan profesor dan rekan-rekannya. Dia berjumpa dengan dua arsitek bernama Elia Zenghelis dan Rem Koolhaas, yang kemudian berkolaborasi sebagai mitra kerja di Office of Metropolitas Architectur.
Penolakan karya dan pengakuan Menghadapi tantangan dunia, Zaha Hadid memutuskan untuk membuka kantornya sendiri pada 1980.
Namun, dunia tak mudah ditaklukannya. Berbagai karya rancangannya mengalami penolakan karena tidak praktis dan sangat tidak realistis. Sebagai seorang arsitek muda dan baru, kegundahan hatinya sempat membuatnya ingin menyerah. Akhirnya pada 1983, Hadid mendapat pengakuan internasional setelah berhasil memenangkan kompetisi untuk The Peak di Hong Kong. Dia merancang "horizontal skyscraper" yang bergerak pada diagonal dinamis di situs lereng bukit itu.