Jumat, 22 November 2024

Profil Zaha Hadid, Ratu Arsitektur Modern

Jumat, 6 Januari 2023 17:45

POTRET - Zaha Hadid, Ratu Arsitektur Modern dengan berbagai karya dengan Desain Dekonstruktivis. / Foto: gravitarsi

IDENESIA.CO - Dengan gaya eksperimental dan desain inovatifnya, dia menjadi perempuan dan muslim pertama di dunia yang berhasil menyabet Penghargaan Arsitektur Pritzker.

Perempuan kelahiran Irak ini menciptakan sejumlah mahakarya, di antaranya Gedung Opera Guangzhou di China, arena renang Olimpiade London 2012, Museum Seni Rupa di Amerika Serikat, dan sebagainya.

Kehidupan awal Zaha Mohammad Hadid lahir pada 31 Oktober 1950 di Baghdad, Irak. Ayahnya merupakan seorang industrialis dan salah satu pendiri Partai Demokratik Nasional di Irak, Muhammad al-Hajj Husayn Hadid. Sementara, ibunya, Wajiha al-Sabunji, berprofesi sebagai seniman

Lahir dari keluarga kaya, dia dapat menerima pendidikan mahal dan menempuh pendidikan sekolah asrama di Inggris dan Swiss. Sebagai seorang gadis cilik, dia bahkan tidak memiliki keraguan di dalam benaknya untuk mengejar karier profesional suatu saat nanti. Cerdas dan ambisius, dia memilih untuk menempuh pendidikan di American University of Beirut dan meraih gelar di bidang matematika. Pada 1972, dia pergi ke London dan berlajar di Architectural Association.

Di tempat inilah, dia bertemu dengan profesor dan rekan-rekannya. Dia berjumpa dengan dua arsitek bernama Elia Zenghelis dan Rem Koolhaas, yang kemudian berkolaborasi sebagai mitra kerja di Office of Metropolitas Architectur.

Penolakan karya dan pengakuan Menghadapi tantangan dunia, Zaha Hadid memutuskan untuk membuka kantornya sendiri pada 1980.

Namun, dunia tak mudah ditaklukannya. Berbagai karya rancangannya mengalami penolakan karena tidak praktis dan sangat tidak realistis. Sebagai seorang arsitek muda dan baru, kegundahan hatinya sempat membuatnya ingin menyerah. Akhirnya pada 1983, Hadid mendapat pengakuan internasional setelah berhasil memenangkan kompetisi untuk The Peak di Hong Kong. Dia merancang "horizontal skyscraper" yang bergerak pada diagonal dinamis di situs lereng bukit itu.

BANGUNAN - Arsitek kenamaan Zaha Hadid kembali menjadi tajuk berita di seluruh dunia. Kali ini, nama Hadid kembali berkibar menyangkut keberhasilannya memenangkan 2014 Design of the Year dari Design Museum London. Secara kasat mata, bangunan tersebut memang menarik. Namun, kemenangan Hadid menuai reaksi negatif di sosial media. / Foto: Iwan Baan

 

Desain geometrik agresifnya memiliki fragmentasi bentuk, ketidakstabilan, dan gerakan. Gaya ini dikenal oleh para arsitek sebagai dekonstruktif. Namun, karya Hadid untuk The Peak tidak pernah terwujud, begitu pula dengan sebagian besar desain radikal lainnya.

Proyek besar pertamanya adalah Vitra Fire Station (1989-1993) di Weil am Rhein, Jerman. Bangunan itu terdiri dari serangkaian pesawat bersudut tajam yang strukturnya menyerupai burung sedang terbang. Pada 1994, karyanya terpilih untuk Cardiff Bay Opera House di Wales. Inilah yang membuat nama Hadid makin bersinar. Sekali lagi, bangunan tersebut tidak pernah disetujui untuk dibangun. Pemerintah kota memilih untuk menghabiskan dana guna membangun stadion. Pengakuan Karya-karyanya yang kemudian dibangun termasuk proyek perumahan untuk IBA Housing di Berlin, ruang pameran Mind Zone di Millenium Dome London, dan Land Formation One di Weil am Rhein.

Dalam semua proyek ini, Hadid lebih jauh mengeksplorasi minatnya dalam menciptakan ruang interkoneksi dan bentuk arsitektur yang dinamis. Kesuksesan besarnya diraih kala desainnya pada 1998 terpilih untuk Rosenthal Center for Contemporary di Cincinnati, Ohio, Amerika Serikat. Proyek di AS itu membuahkan dua penghargaan bagi Hadid, yaitu British Architects Award pada 2004 dan American Architecture Award pada tahun berikutnya.

Dia juga menjadi perempuan pertama yang mendapat Pritzker Prize, penghargaan tertinggi di bidang arsitektur. Bangunan seluas 7.900 meter persegi ini dibuka pada 2003, dan merupakan bangunan museum pertama yang dirancang oleh seorang perempuan. Gedung tersebut nampak seperti serangkaian kubus vertikal yang tersusun acak. Satu sisi menghadap ke jalan dengan kaca tempus pandang yang mengundang orang lewat untuk melihat museum ini. Sebagai seorang tenaga pendidik juga, dia memperoleh jabatan profesor di University of Illinois. Dia juga profesor tamu di sejumlah institusi termasuk di HFBK Hamburg, Ohio State University, dan Master Studio di Columbia University.

Mahakarya fenomenal Pada 2010, desain Hadid yang sangat imajinatif terwujud dalam bangunan museum senin kontemporer MAXXI di Roma. Mahakarya itu mendapat penghargaan Royal Institute of British Arhictects (RIBA) Stirling Prize sebagai gedung terbaik oleh arsitek Inggris. Sebagai informasi, kendati lahir di Irak, namun Hadid kemudian dinaturalisasi menjadi warga negara Inggris.

Dia memenangkan Stirling Prize kedua pada tahun berikutnya untuk bangunan Evelyn Grace Academy, sekolah menengah di London. Desain bergelombang Hadid seperti cairan untuk Heydar Aliyev Center, pusat budaya yang dibuka pada 2012 di Baku, Azerbaijan, memenangkan London Design Museum's Design of the Year pada 2014.

Dia adalah perempuan pertama yang mendapatkan penghargaan tersebut. Kendati demikian, kemenangan itu mendapat keberatan dari Human Rights Watch yang mengungkap sisi buruk pembangunan Heydar Aliyev Center. Pemerintah disebut menekan masyarakat dengan memutuskan pasokan listrik, gas, dan air. Karya terkenal lainnya termasuk London Aquatics Center yang dibangun untuk Olimpiade 2012 dan Eli and Edythe Broad Art Museum, yang dibuka pada 2012 di Michigan State University di East Lansing, Michigan, Gedung Opera Guangzhou di China, dan sebagainya.

Zara Hadid tidak pernah menikah atau pun memiliki anak. Dia memilih untuk mengabdikan hidupnya pada karier profesional. Dia mematahkan berbagai stereotip sosial untuk menjadi role model bagi perempuan muslim dan membuka kesempatan perempuan untuk menjadi arsitek. Zaha Hadid merupakan salah satu arsitek dengan bayaran tertinggi di dunia.

Kematian Hadid meninggal karena serangan jatung di sebuah rumah sakit di Miami pada 31 Maret 2016. Saat kematian menjemputnya, dia sedang menjalani perawatan untuk penyakit bronkitis. Menghembuskan napas terakhirnya, dia meninggalkan kekayaan senilai 215 juta dollar AS termasuk properti, investasi saham, transaksi di bidang kosmetik, restoran, tim sepak bola, Vodka, parfum, dan fesyen. 

(Redaksi)

 

Tag berita:
IDEhabitat