IDENESIA.CO - Pemerintah Rusia resmi mengumumkan dimulainya gencatan senjata terhadap Ukraina mulai Kamis (8/5/2025) pukul 00.00 waktu Moskow. G...
IDENESIA.CO - Pemerintah Rusia resmi mengumumkan dimulainya gencatan senjata terhadap Ukraina mulai Kamis (8/5/2025) pukul 00.00 waktu Moskow. Gencatan senjata ini dijadwalkan berlangsung selama tiga hari hingga 11 Mei. Namun, ketegangan di medan perang tak serta merta mereda. Ukraina melaporkan bahwa pasukan Rusia masih melancarkan serangan jelang detik-detik dimulainya penghentian tembakan.
Presiden Rusia Vladimir Putin sebelumnya menyatakan perintah penghentian serangan diberlakukan dalam rangka memperingati Hari Kemenangan Rusia atas Nazi Jerman dalam Perang Dunia II. Namun, deklarasi ini menuai keraguan dari pihak Ukraina yang menilai gencatan bersifat sepihak dan simbolis.
“Rusia masih menyerang kami hingga tadi malam. Setidaknya 140 drone tempur diluncurkan dan menyebabkan korban jiwa di sejumlah wilayah,” ujar Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam pernyataan yang dirilis beberapa jam sebelum gencatan diberlakukan.
Ukraina menilai bahwa jeda militer selama tiga hari terlalu singkat untuk keperluan kemanusiaan, seperti evakuasi warga dan perbaikan infrastruktur sipil. Zelensky bahkan sebelumnya mendesak agar Rusia menyetujui gencatan senjata selama 30 hari, namun usulan itu tak mendapat tanggapan positif dari Kremlin.
Sementara itu, pihak Rusia menegaskan bahwa gencatan hanya akan berlangsung jika Ukraina juga menahan diri. Militer Rusia memperingatkan akan kembali meluncurkan serangan jika mendapati pelanggaran dari pihak Kyiv.
“Jika Ukraina melanggar gencatan senjata ini, Rusia tidak segan melanjutkan operasi militer dengan skala penuh,” demikian pernyataan Kementerian Pertahanan Rusia yang dikutip dari kantor berita TASS.
Gencatan senjata kali ini adalah yang ketiga sejak invasi Rusia ke Ukraina dimulai pada Februari 2022. Dua gencatan sebelumnya terjadi saat Natal 2023 dan Paskah April 2025, yang keduanya juga diwarnai pelanggaran dan saling tuduh antara kedua pihak.
Sejumlah analis menilai bahwa pola gencatan senjata pendek ini lebih bersifat politis daripada strategis. Selain sebagai bagian dari manuver diplomatik, langkah tersebut kerap dijadikan alat untuk meredakan tekanan internasional atau mengatur ulang logistik militer.
“Ini bukan gencatan untuk perdamaian, tapi jeda dalam pertempuran. Ketegangan tetap tinggi, dan tak ada jaminan akan berakhir damai,” ujar analis politik Eropa Timur, Ivan Bondarev, kepada CNN International.
Dengan konflik yang memasuki tahun ketiga dan ribuan korban jiwa berjatuhan, harapan terhadap gencatan senjata jangka panjang masih terasa jauh. Baik Rusia maupun Ukraina tetap bersikukuh pada posisi masing-masing, membuat upaya perdamaian formal sulit untuk diwujudkan dalam waktu dekat.
(Redaksi)