Minggu, 7 Juli 2024

Sosok Inspiratif

Sosok Sultan Kutai yang Jadi Imam Pertama Masjid Tertua di Samarinda

Andil Aji Muhammad Sulaiman Bangun Masjid Shiratal Mustaqiem

Selasa, 1 Februari 2022 18:55

Sosok Sultan Kutai yang jadi imam pertama masjid tertua di Samarinda, ada Andil Aji Muhammad Sulaiman bangun masjid Shiratal Mustaqiem. (Kolase Idenesia.co)

IDENESIA.CO - Setelah berdirinya Langgar Al Washielah, pada tahun 1837 di Samarinda Seberang, aktivitas keagamaan khususnya agama Islam berkembang pesat.

Langgar Al Washielah semula dibangun di atas rakit dan mengapung di Sungai Mahakam.

25 tahun berada di rakit, Langgar Al Washielah dipindah ke daratan karena makin banyaknya jemaah salat yang berdatangan ke langgar.

"Jadi Langgar Al Washielah ini dibangun tidak pakai tongkat, tapi berbentuk rakit di atas batang," ungkap Habib Muhammad Mahfud bin Umar Asseggaff, Juru Kunci Langgar Al Washielah.

Langgar semakin penuh, membuat Habib Sayyid Abdurrahman bin Muhammad Asseggaff, inisiator pembangunan Langgar Al Washielah, kembali mengumandangkan rencana pembangunan masjid kala itu.

Lokasi yang dipilih cukup berani.

Sepetak tanah berukuran 2.028 meter persegi kerap dijadikan lokasi berjudi oleh warga.

Lokasi ini ditetapkan sebagai lokasi pembangunan Masjid Shiratal Mustaqiem.

Proses pembangunan mulai dilakukan pada tahun 1881.

Masjid baru selesai bangun satu dekade selanjutnya, atau sekitar tahun 1891.

Masjid Shiratal Mustaqiem mulanya adalah bangunan sederhana dari bahan kayu ulin.

Bangunannya cukup kokoh dengan penompang empat pilar kayu utuh.

Habib Sayyid Abdurrahman bin Muhammad Asseggaff, yang bergelar Pangeran Bendahara, dibantu oleh para tokoh dan warga Samarinda Seberang membangun masjid bersejarah ini.

Pembangunan Masjid Shiratal Mustaqiem, mendapat dukungan penuh oleh Sultan Aji Muhammad Sulaiman, Sultan Kutai Kertanegara Ing Martapura, kala itu.

Rasa syukur bergemuruh setelah pembangunan masjid rampung pada 27 Rajab 1311 Hijriyah atau tahun 1891.

Sultan Aji Muhammad Sulaiman, diberu kehormatan untuk meresmikan masjid.

Sang Sultan lalu didapuk menjadi imam salat untuk pertama kalinya, dilaksanakan di Masjid Shiratal Mustaqiem.

Menara masjid baru dibangun 20 tahun kemudian. Menara dibangun oleh saudagar kaya asal Belanda, Henry Dasen, pada tahun 1901.

"Tahun 1901, Henry Dasen, memberikan sejumlah hartanya untuk membangun menara masjid berbentuk segi delapan setinggi 21 meter," cerita Habib Mahfud.

Pemugaran bengunan masjid dilakukan pada tahun 2001.

Era Achmad Amins, Wali Kota Samarinda, rehabilitasi dilakukan, hingga ditetapkan pemerintah pusat masuk cagar budaya yang dilindungi UU No 5 tahun 1992.

Bangunan masjid memang menjelma menjadi khasanah budaya berharga bagi Samarinda.

Lebih dari itu, Masjid Shiratal Mustaqiem juga memiliki koleksi kitab suci Alquran berusia lebih dari 400 tahun.

Kitab suci ini diletakan di etalase kaca, kondisinya tampak lusuh dimakan waktu.

Nilai mahal dimiliki kitab ini karena usianya lebih tua dari bangunan masjid itu sendiri.

Alquran hasil buah tulisan tangan ini telah menjadi warisan lintas generasi di Masjid Shiratal Mustaqiem. (Er Riyadi)

Tag berita:
IDEhabitat