Jumat, 20 September 2024

Tolak Revisi UU Pilkada, Sejumlah Aktivis 98 dan Sejumlah Guru Besar Kompak Ikut Unjuk Rasa

Kamis, 22 Agustus 2024 20:0

POTRET - Ribuan massa aksi yang masih melakukan unjuk rasa di depan kantor DPR Senayan Jakarta. (IST)

IDENESIA.CO -   Aksi penolakan revisi superkilat UU Pilkada yang dibahas DPR RI dihadiri ribuan massa yang menggelar aksi di depan kantor DPR, Senayan Jakarta tak hanya diikuti oleh komika, konten kreator dan koalisi masyarakat sipil.

Pada aksi tersebut, sejumlah tokoh akademisi, guru besar, hingga aktivis 98 juga turut terlihat menyuarakan. 

Pada kesempatan itu, Alif Iman Aktivis 98 yang dijumpai awak media menyebut kalau aksi pada Kamis (22/8/2024) hari ini merupakan reaksi dari preseden buruk DPR dan Presiden yang sudah ugal-ugalan membajak demokrasi karena tak mengindahkan putusan Mahkamah Konstitusi terkait UU Pilkada.

“Kami menyebut bahwa demokrasi Indonesia, konstitusi Indonesia hari ini telah dibegal. Oleh siapa, oleh koalisi besar yang dipimpin presiden Jokowi, yang memanfaatkan dewan perwakilan rakyat untuk pelanggengan kekuasannya,” tegas Alif Iman.

Pada aksi ini, Alif menyebut bahwa sejumlah koalisi guru besar, akademisi, senat mahasiswa, badan eksekutif mahasiswa dan masyarakat sipil hadir sebagai bentuk keresahan dari preseden buruk yang dilakukan dari revisi superkilat para wakil rakyat.

“Bahkan (aksi hari ini turut diikuti) mereka yang bereda di organisasi kepemiluan, organisasi hak asasi manusia, organisasi penegakan demokrasi, kelompok teman-teman di isu pertanahan, lingkungan hidup dan lain sebagainya, yang hari ini datang untuk mendukung keputusan Mahkamah Konstitusi,” tambahnya.

Selain banyaknya organisasi besar tersebut, Alif juga merinci ada sejumlah nama tokoh dan aktivis 98 lainnya.

“Ada banyak tokoh sepuh (turut hadir hari ini), ada Ibu Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, Ibu Komi Omaria Majid, Eri Riana Harjah Pamekas, Heni Supolo, Profesor Meling Uwi Gardiner Guru Besar Emeritus, Profesor Magnis Suseno, Gunawan Muhammad, Karina Supeli, Yanuar Nugroho, Usman Hamid, dan sejumlah dosen lainnya hadir menyuarakan keresahan, yang mana semua menyatakan bahwa DPR dan Presiden telah ugal ugalan membajak demokrasi kita,” tekannya.

Aksi hari ini juga ditegaskan Alif sebagai tanda seruan bagi seluruh masyrakat Indonesia yang telah dilakukan di Jakarta, dan diharap bisa terus dilakukan diseluruh daerah nusantara lainnya.

“Ini adalah sebuah seruan bagi seluruh masyarakat Indonesia yang sudah diserukan oleh para tokoh besar dan guru-guru besar tadi agar seluruh masyarakat bersama-sama menyatakan protesnya. Kalau di Jakarta teman-teman warga bisa datang ke DPR, MK dan KPU, tapi kalau di kota-kota diseluruh Indonesia teman-teman dipersilahkan datang ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) masing-masing,” pungkasnya.

Dari pantauan media ini, aksi unjuk rasa masih terus berlanjut di depan gedung DPR, Senayan Jakarta. Kericuhan sempat terjadi hingga dirobohkannya pagar kantor parlemen. Aksi lempar batu dan serangan gas air mata juga tampak berseliweran dihadapan kamera awak media.

Meski sebagian besar massa aksi sempat memasuki area perkantoran DPR Senayan, namun petugas kepolisian dengan cepat memukul mundur para pengunjuk rasa dan mendorong semua kembali ke jalan raya.

Hingga berita ini diturunkan, massa aksi masih terus bertahan dengan menyanyikan sejumlah lagu lagu kebangsaan dan perlawanan dihadapan barikade petugas kepolisian. 

(Redaksi) 

Tag berita:
IDEhabitat