Internasional

Trump Ancam Potong Dana hingga Tangkap Mamdani, Ketegangan Politik Memuncak

IDENESIA.CO – Hubungan antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Wali Kota New York terpilih, Zohran Mamdani, memasuki babak yang belum pernah terjadi dalam sejarah modern politik AS. Untuk pertama kalinya, seorang presiden secara terbuka memperlihatkan permusuhan ekstrem terhadap wali kota dari kota terbesar di negaranya sendiri bahkan sebelum sang wali kota resmi dilantik.

Sejak awal kampanye hingga kemenangan Mamdani pada pemilu 4 November 2025, Trump terus melontarkan serangan personal, politik, hingga ancaman keras lewat berbagai pidatonya dan unggahan di platform media sosial Truth Social.

Berikut rangkuman lengkap empat bentuk kebencian Trump yang paling menonjol terhadap Zohran Mamdani, politisi muda progresif yang kini menjadi Wali Kota Muslim pertama dalam sejarah New York City.

Ketegangan antara Trump dan Mamdani dimulai sejak awal kampanye pemilihan wali kota. Mamdani, seorang politikus Partai Demokrat yang dikenal sebagai sosialis progresif, mengusung agenda pro-rakyat seperti pengurangan biaya transportasi umum, pengendalian harga sewa, dan perluasan layanan sosial.

Program-program itu langsung diserang Trump yang menuduh Mamdani sebagai seorang komunis 100 persen.

Dalam unggahan di Truth Social pada Kamis, 25 Juni 2025, Trump menulis:

“Zohran Mamdani, seorang 100 persen komunis gila, baru saja menang primary Demokrat dan sedang menuju kursi wali kota.”

Trump kemudian mempermalukan penampilan Mamdani secara personal, “Kita pernah punya politikus sayap kiri radikal sebelumnya, tapi yang ini sudah lewat batas. Penampilannya sangat buruk, suaranya menyakitkan didengar, dan dia tidak terlalu pintar.”

Unggahan tersebut memicu kecaman dari banyak pihak yang menilai Trump menggunakan bahasa diskriminatif dan serangan fisik, bukan kritik kebijakan.

Namun bagi Mamdani, serangan tersebut justru membuatnya makin populer di kalangan pemilih muda dan komunitas minoritas New York.

Tidak berhenti pada cemoohan, Trump kemudian menaikkan tensi dengan mengancam mencabut kewarganegaraan Mamdani.

Ancaman itu muncul setelah Mamdani menolak bekerja sama dengan operasi deportasi massal yang sedang digencarkan ICE (Imigrasi dan Bea Cukai AS) di masa pemerintahan Trump.

“Jika dia menolak bekerja sama dengan otoritas federal, kami bisa mencabut kewarganegaraannya.” Dalam pidatonya, Trump marah karena Mamdani menentang kebijakan tersebut.

Pernyataan itu menuai kritik luas karena konstitusi AS tidak mengizinkan presiden mencabut kewarganegaraan warga negara tanpa proses hukum.

Mamdani sendiri adalah warga negara AS naturalisasi sejak 2018, lahir di Uganda dari ayah akademisi ternama Mahmood Mamdani dan ibu sutradara India kenamaan Mira Nair.

Bagi banyak pihak, ancaman tersebut dianggap sebagai serangan rasis dan xenofobik.

Saat survei menunjukkan Mamdani unggul jauh atas pesaingnya Andrew Cuomo dan Curtis Sliwa, Trump kembali mengeluarkan ancaman baru: memotong hampir seluruh dana federal untuk New York City jika Mamdani terpilih.

Dalam unggahan di Truth Social yang dikutip The Guardian, Trump menulis:

“Jika kandidat komunis Zohran Mamdani menang, saya tidak akan menyalurkan dana federal selain yang paling minimal. Saya tidak ingin mengirimkan uang baik menutupi hal-hal buruk.”

Trump juga menyatakan bahwa kemenangan Mamdani akan menjadikan New York bencana ekonomi dan sosial total.

Ancaman pemotongan dana federal ini dinilai pengamat politik sebagai tindakan berbahaya karena dapat mengganggu layanan publik vital seperti keamanan, transportasi, dan bantuan sosial.

Meski demikian, ancaman itu tidak menggoyahkan dukungan pemilih, terutama generasi muda yang justru menganggap Trump sebagai simbol anti-demokrasi.

Puncak permusuhan Trump terjadi ketika Mamdani menyatakan bahwa jika ia menjadi wali kota, ia akan menggunakan kewenangannya untuk menghentikan operasi deportasi ICE yang dianggap meresahkan komunitas imigran New York.

Dalam pidato penerimaannya, Mamdani berkata:

“Kita akan menghentikan petugas ICE bertopeng yang datang mendeportasi tetangga kita.”

Trump membalas dengan ancaman langsung:

“Baiklah, kalau begitu kita harus menangkapnya.”

Trump bahkan mengklaim tanpa bukti bahwa Mamdani berada di AS secara ilegal. Padahal, Mamdani adalah warga negara yang sah.

Bagi Mamdani, ancaman itu bukan sekadar persoalan pribadi, melainkan serangan terhadap demokrasi:

“Ini upaya untuk menakut-nakuti warga New York agar mereka tidak bersuara. Jika Anda menentang mereka, mereka akan mengejar Anda,” ujarnya dalam konferensi pers.

Meski terus diserang Trump, survei menunjukkan Mamdani tetap memimpin. RealClearPolitics mencatat:

  • Zohran Mamdani: 45,8%

  • Andrew Cuomo: 31,1%

  • Curtis Sliwa: 17,3%

Kemenangan ini diyakini sebagai salah satu kemenangan paling signifikan kalangan progresif di Amerika Serikat dalam satu dekade terakhir.

Mamdani menjadi Wali Kota Muslim pertama New York, sekaligus wali kota pertama keturunan Asia Selatan dan Afrika.

Permusuhan terbuka Donald Trump terhadap Zohran Mamdani menandai babak baru polarisasi politik Amerika Serikat. Meski Trump berulang kali melontarkan hinaan, ancaman hukum, hingga intimidasi politik, dukungan publik terhadap Mamdani justru semakin kuat.

(Redaksi)

Show More
Back to top button