Minggu, 7 Juli 2024

Update Informasi BMKG Deteksi Potensi Cuaca Ekstrem Hingga 1 Januari 2023

Selasa, 27 Desember 2022 15:52

POTRET - Dwikorita Karnawati, Kepala BMKG. / Foto: IST

Masih sama dengan 21 Desember namun intensitas, ya intensitasnya semakin menguat yaitu Monsun Asia yang beberapa hari terakhir dengan potensi adanya disertai ya jadi Monsun Asia ini disertai dengan adanya seruakan udara dingin yang berasal dari dataran tinggi Tibet di Asia,” tuturnya.

“Juga fenomena aliran lintas ekuator yang dapat meningkatkan pertumbuhan awan hujan secara intensif, secara lebih intensif karena tadi ada tiga fenomena Monsun Asia, Seruak udara dingin, fenomena aliran lintas ekuator yang dapat meningkatkan pertumbuhan awan hujan secara lebih intensif di wilayah Indonesia bagian barat, tengah dan selatan,” paparnya.

Selain itu, Dwikorita mengatakan, seruakan udara dingin Asia merupakan fenomena yang lazim terjadi saat monsun Asia aktif yang mengindikasikan potensi aliran massa baru dingin dari wilayah Asia menuju ke wilayah Selatan.

“Dampak dari munculnya seruakan dingin tersebut meningkatkan potensi curah hujan di wilayah barat Indonesia apabila disertai dengan fenomena Cross-Equatorial Northerly Surge atau arus lintas ekuatorial, disertai dengan arus lintas ekuatorial yang mengindikasikan bahwa adanya aliran massa udara dingin dari utara yang masuk ke wilayah Indonesia melintasi ekuator,” katanya.

Dwikorita mengatakan, dampak adanya seruakan dingin atau suhu ruangan udara dingin dari Asia yang disertai arus lintas ekuatorial dapat berdampak secara tidak langsung pada peningkatan curah hujan.

“Ini yang sangat penting kecepatan angin di sekitar wilayah Indonesia bagian selatan ekuator. Sesuai prediksi tanggal 21 Desember yang lalu kecepatan angin yang tinggi ini sudah terjadi dapat mencapai lebih dari 40 knot itu sudah terjadi dan masih dapat terus terjadi,” tandasnya.

(Redaksi)

Halaman 
Tag berita:
IDEhabitat