IMG-LOGO
Home Internasional 12 Fakta Dampak Global dari Tarif Trump
internasional | umum

12 Fakta Dampak Global dari Tarif Trump

oleh VNS - 08 April 2025 12:01 WITA

12 Fakta Dampak Global dari Tarif Trump

IDENESIA.CO - Langkah Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberlakukan tarif tinggi terhadap 57 negara telah menyulut reaksi keras dari berbag...

IMG
Foto: Presiden AS Donald Trump menyampaikan pidato tentang tarif, di Rose Garden di Gedung Putih di Washington, D.C., AS, 2 April 2025. (REUTERS/Leah Millis)

IDENESIA.CO - Langkah Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberlakukan tarif tinggi terhadap 57 negara telah menyulut reaksi keras dari berbagai penjuru dunia.

Bukan hanya memicu ketidakpastian di pasar global, kebijakan proteksionis ini juga memaksa negara-negara lain menyusun strategi balasan dan diplomasi dagang darurat.

Dunia kini tengah menyaksikan gelombang baru proteksionisme yang mengancam stabilitas ekonomi global.

Berikut fakta lainnya terkait tarif Trump terhadap negara di dunia, seperti dilansir dari CNBC Indonesia dari berbagai sumber pada Selasa (8/4/20250 : 

1. Trump Resmi Berlakukan Tarif Resiprokal Mulai 9 April
Mulai Rabu (9/4), AS mengenakan tarif timbal balik pada barang-barang dari 57 negara, termasuk Indonesia. Tarif ini diberlakukan untuk memperkecil defisit perdagangan AS yang mencapai rekor baru. Menteri Perdagangan AS menegaskan tidak akan ada penundaan, meski pasar saham global tertekan.

2. China Diancam Tarif Tambahan hingga 104%
Trump mengultimatum China akan mengenakan tarif tambahan 50% jika Beijing tidak mencabut tarif balasan mereka. Jika benar terjadi, tarif terhadap barang China akan melonjak ke 104%.

3. Uni Eropa Siapkan Tarif Balasan 25%
Eropa bersiap melawan dengan tarif balasan 25% terhadap berbagai produk asal AS, termasuk sosis dan benang gigi. Namun, sejumlah produk sensitif seperti bourbon dan produk susu dihapus dari daftar untuk meredam eskalasi.

4. Goldman Sachs Naikkan Risiko Resesi AS Jadi 45%
Goldman Sachs memperkirakan kemungkinan resesi AS meningkat ke 45%, memicu revisi turun pertumbuhan ekonomi 2025 menjadi 1,3%. Tujuh bank besar lainnya ikut memperkirakan resesi.

5. Industri Pertahanan AS Terpukul, F-47 Kena Imbas
China membalas dengan membatasi ekspor logam tanah jarang seperti itrium dan dysprosium, yang vital untuk jet tempur siluman F-47. Langkah ini mengganggu rantai pasok pertahanan AS.

6. Rupiah Tembus Rp 16.850 per Dolar AS
Rupiah melemah tajam hingga 1,78%, mengikuti tren depresiasi mata uang emerging markets lainnya. Dolar AS menguat meskipun indeks DXY tercatat menurun.

7. IHSG Langsung Trading Halt
Bursa saham Indonesia mengalami kejatuhan 9,19% pada pembukaan perdagangan, memicu trading halt otomatis. BEI menilai langkah ini perlu untuk menjaga stabilitas pasar.

8. Raksasa Teknologi AS Kehilangan US$2 Triliun
Saham "Magnificent 7", termasuk Tesla, Apple, dan Google, merosot tajam. Tesla anjlok 7%, sementara Apple 4,8%, mencerminkan sentimen negatif investor terhadap perang dagang.

9. Singapura Bentuk Gugus Tugas Ekonomi Nasional
Singapura merespons dengan membentuk gugus tugas untuk membantu pekerja dan bisnis menghadapi dampak kebijakan Trump. PM Lawrence Wong mengakui risiko resesi tetap terbuka.

10. Vietnam Janji Borong Barang AS untuk Hindari Tarif 46%
Vietnam menyatakan akan membeli lebih banyak produk AS, termasuk pertahanan, untuk menunda tarif. PM Pham Minh Chinh mengirim surat resmi dan meminta waktu negosiasi 45 hari.

11. Malaysia Kirim Delegasi Diplomasi Dagang ke Washington
PM Anwar Ibrahim memilih pendekatan lunak dengan mengirim pejabat tinggi ke AS. Ia menekankan perlunya keterlibatan yang tenang dan strategi diversifikasi dagang Malaysia.

12. Larry Fink: AS Sebenarnya Sudah Masuk Resesi
CEO BlackRock, Larry Fink, mengatakan mayoritas CEO AS sudah merasakan dampak resesi. Ia menyebut kondisi ekonomi saat ini jauh lebih rapuh dari yang ditunjukkan angka resmi.

(Redaksi)