IDENESIA.CO – Ketegangan keamanan di Asia Timur kembali naik signifikan setelah kapal-kapal China Coast Guard (CCG) membentuk formasi dan memasuki perairan sekitar Kepulauan Senkaku pada Minggu (16/11).
Langkah agresif itu terjadi hanya beberapa hari setelah Pernyataan Perdana Menteri Jepang, Sanae Takaichi, yang membuka kemungkinan pengerahan pasukan Jepang jika Taiwan diserang, memicu reaksi keras Beijing.
Insiden terbaru ini menambah daftar panjang gesekan dua negara yang selama bertahun-tahun memperebutkan gugusan pulau kecil di Laut China Timur, wilayah yang Jepang klaim sebagai Senkaku, sementara China menyebutnya Daiyou.
Patroli China Dinilai Semakin Provokatif
Dalam pernyataannya yang dilaporkan Reuters, China Coast Guard menegaskan bahwa operasinya merupakan “patroli penegakan hak secara rutin sesuai hukum internasional.”
CCG menyebut patroli tersebut dilakukan untuk menjaga wilayah yang mereka anggap berada di bawah kedaulatannya.
Namun, laporan bahwa kapal-kapal China kini membentuk formasi sebelum melintas semakin menebalkan tanda-tanda eskalasi. Formasi ini tidak lazim dilakukan pada patroli biasa dan lebih sering diasosiasikan dengan demonstrasi kekuatan di wilayah sengketa.
Hingga kini, Kedutaan Besar Jepang di Beijing belum memberikan tanggapan mengenai laporan terbaru tersebut.
Akar Eskalasi: Pernyataan PM Jepang Picu Kemarahan China
Ketegangan baru ini terjadi pasca pernyataan Perdana Menteri Sanae Takaichi di hadapan parlemen pekan lalu. Dalam pidatonya, Takaichi menyatakan bahwa serangan terhadap Taiwan dapat menjadi dasar bagi Jepang untuk mengerahkan Self-Defense Forces (SDF) sebagai bentuk pertahanan nasional.
Ia menegaskan bahwa skenario tersebut dapat dianggap sebagai “situasi yang mengancam kelangsungan hidup Jepang” kategori yang memungkinkan Jepang mengambil tindakan militer dalam koridor hukum pertahanan yang berlaku.
“Jika keadaan darurat di Taiwan melibatkan kapal perang dan penggunaan kekuatan militer, maka itu bisa dianggap sebagai situasi yang mengancam kelangsungan hidup [Jepang],” kata Takaichi, dikutip AFP.
Pernyataan itu langsung disambut resistensi keras dari Beijing. Kementerian Luar Negeri China menyebut tidak akan mentoleransi komentar Takaichi, yang dinilai ikut memperkeruh isu Taiwan dan mencampuri urusan internal China.
“Pihak Jepang harus segera memperbaiki tindakan keliru itu dan menarik kembali pernyataan tak berdasar,” kata juru bicara Kemlu China Lin Jian saat konferensi pers.
Sengketa Lama yang Kembali Menghangat
Kepulauan Senkaku/Daiyou selama puluhan tahun menjadi titik sensitif hubungan dua raksasa ekonomi Asia ini. Meski tidak berpenghuni, pulau tersebut berada di jalur pelayaran strategis serta diduga menyimpan cadangan energi.
Japan Coast Guard dalam beberapa kesempatan sebelumnya melaporkan keberadaan kapal China di sekitar pulau, namun pergerakan dalam formasi dinilai sebagai perkembangan yang lebih agresif.
Langkah China disebut analis sebagai respons simbolik untuk menunjukkan ketidaksenangannya terhadap sikap Jepang terkait Taiwan, sekaligus penegasan bahwa Beijing tidak akan mengendurkan klaim di perairan tersebut.
Potensi Eskalasi Regional
Eskalasi di Senkaku terjadi di tengah meningkatnya ketegangan di Selat Taiwan dan dinamika geopolitik di Asia Pasifik. Pernyataan Jepang mengenai Taiwan dianggap banyak pihak sebagai sinyal bahwa Tokyo mulai mengambil garis yang lebih tegas terhadap China.
Sementara itu, tindakan CCG di Senkaku juga memperlihatkan upaya Beijing mempertahankan klaim teritorialnya secara langsung dan terbuka.
Hingga kini, belum ada tanda-tanda bahwa kedua negara akan menurunkan tensi. Sebaliknya, dua peristiwa beruntun, pernyataan Takaichi dan patroli formasi CCG menunjukkan bahwa hubungan China–Jepang berada dalam salah satu fase paling sensitif dalam beberapa tahun terakhir.
(Redaksi)