Lanjut ia menyebut, Kota Samarinda saat ini memiliki 120 sekolah inklusi yang melayani Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
Sementara kata dia, para guru dari anak berkebutuhan khusus tersebut tidak digaji, melainkan hanya mendapatkan sukarela dari sekolah.
“Itu yang harusnya kita pikirkan, karena mereka harus menambah kompensasinya karena ini sebagai guru-guru pendamping untuk anak-anak berkebutuhan khusus,” imbuhnya.
Lebih jauh, Sri Puji Astuti mengatakan, hearing itu membahas maslah kebudayaan. Pasalnya kata dia kebudayaan saat ini seakan-akan terpinggirkan.
“Dengan dana yang kami lihat, berjumlah Rp.1,27 miliar, itu kecil sekali sedangkan kita ini sangat membutuhkan program untuk mengelola museum bagaimana nanti cagar budaya,” ucap Sri Puji Astuti. (Advertorial)