"Para pemain dan ofisial sangat bangga dengan perolehan mereka, tampil sebagai bagian dari sepak bola internasional, membawa lambang garuda di dadanya" tulis Maulwi.
Apresiasi yang didapat oleh atlit adalah bagian dari penghormatan dan perasaan bangga pada bangsa dan negara.
Maulwi menegaskan bahwa "Pada keikutsertaannya yang pertama di Olimpiade Helsinski 1952, timnas sepak bola Indonesia tidak lolos dari kualifikasi sehingga tidak ikut serta berlaga di olimpiade. Barulah pada Olimpiade Melbourne 1956, Indonesia lolos kualifikasi".
Alat politik Soekarno yang disebut sepak bola, sejatinya telah membawa Indonesia mulai dikenal dunia internasional.
Meskipun tak memeroleh sejumlah prestasi, namun memori dan pengalaman berharga untuk tampil membela Sang Garuda di kancah internasional, menjadi kebanggan tersendiri bagi setiap atlit.
Ya, kembali lagi momentum sepak bola, tidak akan terlepas dari figur-figur pemimpin dunia yang turut menyaksikan tim kesayangannya, di tribun stadion.
Sebut saja, Angela Merkel, leader of Europe sekaligus ilmuwan eksakta ini, sangat menggilai sepak bola.
Tak hanya itu, nama Ir. Soekarno yang juga berkiprah sebagai pemimpin Indonesia, sangat mendukung akan kemajuan sepak bola tanah air.
Terdapat kutipan menarik, bahwa seorang pemimpin adalah pemain ke-12 di lapangan. Kehadirannya dapat menggelorakan semangat timnya yang tengah berlaga.
Setiap aksi pemain akan dilihat oleh pemimpin negara, hal itu adalah salah satu momentum dimana pemain harus mengeluarkan semua kemampuan di atas rumput hijau. (redaksi)