BPRI dipimpin Soeskasmo, Asmuransyah, Fathamsyah, H.Abdullah Tomas, dan lain-lain.
Tentara Indonesia yang berada di dalam Koninklijke Nederlands(ch)-Indische Leger (KNIL), yang di pimpin oleh Boediojo alias Boediono, sebelumnya berpihak ke Belanda, mengubah haluan mendukung kemerdekaan Indonesia.
Boediono dan pasukannya bergabung dengan BPRI.
KNIL pimpinan Boediono tetap bertugas di militer Belanda sebagai taktik gerakan hingga saat pecahnya pertempuran nanti.
Pertengahan Januari 1947, sekutu BPRI bertambah, dengan bergabungnya griliawan Balikpapan, dipimpin mantan polisi Belanda, Herman Runturambi.
Herman diminta bersembunyi di suatu ladang di tengah hutan yang juga sebagai tempat persembunyiannya, kemudian seorang prajurit bernama Sutjipto yang menyimpan dokumen rahasia perjuangan.
Aktivitas Herman diketahui oleh mata-mata Belanda dan persembunyian Sutjipto akhirnya terbongkar, dan Sutjipto dihabisi serta dokumen yang dipegangnya jatuh ketangan Belanda. (Tulis Sarip dalam bukunya).
Dengan bocornya dokumen rahasia itu, pejuang Indonesia mesti melakukan serangan secepat mungkin.
Segera. Pada 26 Januari 1947 mereka nilai melakukan serangan ke perusahaan vital Belanda BPM (Battaafshe Petroleum Mastscappij) Sangasanga.
Serangan itu dilakukan oleh Soekasmo dari BPRI dan Boediono dari kelompok tentara KNIL yang berpihak kepada para pejuang rakyat.
Dalam waktu singkat Tangsi Belanda berhasil direbut pejuang RI, pada 27 Januari subuh.
Sekira pukul 06.00 Wiya, bendera Belanda di kantor Douane Muara Sangasanga diturunkan.
Bagian kain biru dirobek lalu kain Merah-Putih yang tersisa dikibarkan kembali.
Kemenangan tanggal 27 Januari inilah yang terus diperingati hingga saat ini.
Kemenangan belum lama diraih, tanggal 28 Januari 1947, pihak Belanda melakukan serangan balasan.
Pertempuran kembali pecah dan berlangsung hingga malam hari.
Keesokan harinya (29 Januari) Kapal Fregat Zeearend berlabuh di Sanga-sanga dengan berbendera Merah-Putih.
Para pejuang bersorak mengira kapal itu berisi pasukan bantuan dari Balikpapan.
Sayangnya mereka keliru. Itu adalah taktik Belanda mengelabui para pejuang.