Akulturasi kebudayaan lalu terjadi antara budaya hindu dan budaya setempat.
Teori ini mungkin jadi yang terkuat, tapi pertanyaannya lagi.
Ada apa di Muara Kaman pada abad ke-4 sehingga Hindu bisa masuk dan berkembang.
Melihat peta perdagangan milenium pertama tarikh masehi, ramai diperdagangkan cengkeh dan pala.
Melihat daerah potensi cengkeh dan pala, jelas Muara Kaman adalah daerah pinggiran di luar jalur perdagangan niaga dunia.
Komoditas cengkeh dan pala sangat dimuliakan kala itu, sebuah cacatan sejarah bangsa Romawi dari Plinius Major (tahun 75 masehi) cengkeh ditulis dengan nama garyophyllon.
Ekskavasi arkeologis di Situs Terqa (Mesopotamia, Suriah) juga menemukan jambangan berisi penuh cengkeh, diduga berasal dari 1700 sebelum masehi.
Awal tarikh masehi, cengkeh dan pala hanya ditemukan di Ternate, Tidore, Moti, Makian, dan Bacan.
Sementara pala hanya ada di Pulau Banda.
Baru pada tahun 1550 dua komoditas ini dikembangkan ke daerah-daerah lain, tertuang dalam buku Ekspedisi Kudungga (2017).
Atas dasar itu, cukup ganjil jika Kaltim yang bukan jalur perdagangan cengkeh dan pala, terdapat peninggalan budaya India, pada awal-awal masehi.
Tapi menurut Dave Lumenta menulis ada kemungkinan masuknya Hindu ke Kaltim, dilakukan tanpa rencana.
"Mungkin saja ada saudagar India, yang akhirnya terdampar ke Kaltim karena tidak tahu jalan menuju pulau rempah-rempah," tulis Dave.
Teori Brahmana
Dikemukakan oleh Jacob Cornelis van Leur.
Penyebaran agama Hindu ke Nusantara, pada tarikh masehi awal dibawa oleh golongan Brahmana.
Hal ini didukung oleh beberapa prasasti di Indonesia menggunakan bahasa Sansekerta.