"Ada kemungkinan proses masuknya pengaruh Hindu India di Nusantara bermula dari wiyasa lalu difinalisasi oleh brahmana," Muhammad Sarip, dalam bukunya berjudul: Kerajaan Martapura, Dalam Literasi Sejarah Kutai 400-1635 (2021).
Kundungga memang terkenal sebagai raja pertama di Muara Kaman, tapi pendiri dinasti Martapura bukan dia.
Aswawarman putra Kudungga mendapat gelar Wangsakerta, atau pendiri bangsa.
"Kemungkinan Kudungga sebenarnya hanya penguasa lokal, dan ia kala itu belum memiliki pemerintahan," menurut Dave Lumenta, Antropolog dan ahli budaya Dayak Universitas Indonesia.
Sarip dalam bukunya menulis para pedagang dari India berlayar hingga Nusantara mencari berbagai komoditas.
Kaum wiyasa itu lalu masuk ke pedalaman Sungai Mahakam dan berlabuh di Muara Kaman.
"Mereka penganut Hindu, tapi bukan golongan yang berkemampuan mengajarkan agama Hindu. Karena Hindu hanya bisa diajarkan oleh kalangan Brahmana," tulis Sarip.
Mungkin saja dalam para wiyasa itu membawa serta benda-benda bernuansa ritual Hindu, mungkin salah satunya arca.
Arca dewa-dewa Hindu inilah yang membuat Raja Aswawarman jatuh hati, dan memeluk Hindu.
Pertanyaannya kemudian, Aswawarman harus mempelajari Hindu dari brahmana.
Lalu, apakah brahmana didatangkan dari India, atau Aswawarman yang melancong ke Negeri Ramayana itu.
Sarip memprediksi, Aswawarman bersama rombongan lah yang hijrah dari Muara Kaman menuju India.
Di India, Aswawarman lalu mengikuti ritual upacara vratyastoma, sebagai penobatan menjadi seorang kesatria dalam Hindu.
Usai memeluk Hindu, Aswawarman lalu menyebarkannya ke Muara Kaman.
Aswawarman pula yang membawa tulisan Pallawa dan bahasa Sansekerta ke Muara Kaman. (Bersambung / Er Riyadi)