Sabtu, 23 November 2024

Jokowi Targetkan Hapus Kemiskinan Ekstrem di Akhir Tahun 2024, Sani: tidak Ada Jaminan, tapi Saya Lihat Pemkot Berusaha

Kamis, 15 Februari 2024 0:42

POTRET - Wakil Ketua Komisi IV DPRD Samarinda, Sani Bin Husain./ Foto: Istimewa

IDENESIA.CO - Wakil Ketua Komisi IV DPRD Samarinda, Sani Bin Husain menanggapi target dari Presiden Jokowi untuk menghapus kemiskinan ekstremrm di akhir tahun 2024.

Sani ragu akan hal tersebut, meurutnya kemiskinan ekstem adalah masalah yang kompleks dan tidak mudah diatasi dalam waktu yang singkat. 

Ia juga menilai Kota Samarinda masih tergantung pada kebijakan-kebijakan provinsi dan pusat. 

"Tidak ada jaminan, tapi saya melihat Pemkot sudah berusaha. Namun kan, Samarinda ini tidak bsa melakukannya sendiri, jadi masih bergantung dengan provinsi dan nasional", kata Sani. 

Sani mencontohkan beberapa faktor yang bisa mempengaruhi tingkat kemiskinan ekstrem di Samarinda, seperti harga BBM, lapangan kerja, dan kondisi ekonomi. 

Sani berpendapat bahwa jika ada kebijakan yan menguntungkan secara nasional, maka kemiskinan ekstrem bisa berkurang. 

"Kalau harga BBM turun, lapangan kerja banyak, syaratnya mudah, pasti kemiskinan ekstrem bisa turun. Tapi kalau sekarang, saya rasa sulit, Apalagi dengan kondisi kepemimpinan dan keuangan saat ini", ujarnya. 

Sani mengakui bahwa Pemkot Samarinda telah berupaya maksimal untuk mencapai target zerpo persen miskin ekstrem. Salah satunya adalah dengan berkoordinasi dengan Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat (Dinsos PM) Samarinda untuk membuat program-program penanggulangan kemiskinan. 

"Ada memang kami pembahasan program dengan Dinsos PM. Saya lihat sudah mengarah ke penurunan kemiskinan ekstrem, dan saya hargai itu," tuturnya.

Namin, Sani juga mengingatan bahwa data kemiskinan ekstrem harus valid dan akurat, Ia meminta agar data yang ada di lapangan sesuai dengan data yang ada di pusat. Ia juga membedakan antara kemiskinan esktrem yang disebabkan oleh faktor eksternal dan internal.

"Kemiskinan ekstrem itu ada yang karena faktor eksternal, seperti lapangan kerja yang sulit, penghasilan yang rendah, dan sebagainya. Tapi ada jugayang karena faktor internal, seperti malas kerja, judi, mabuk-mabukan, dan narkoba. Miskin yang seperti ini tidak bisa masuk hitungan," katanya. 

Sani menambahkan bahwa Ia tidak setuju dengan program-program yang hanya memberi bantuan tanpa memberi solusi. Ia menilai bahwa program-program seperti itu hanya akan membuat orang miskin esktrem menjadi manja dan tidak mandiri.

"Miskin seperti apa, atau pemalas, kriminal, atau otaknya cuma mau makan saja. Misalnya program bagi-bagi makanan itu, saya tidak setuju kalau yang diberi makan orang seperti itu. Harus ada program yang memberi keterampilan, modal, dan bimbingan, agar mereka bisa berubah," pungkasnya. 

(Redaksi)

Tag berita:
IDEhabitat