Jalur pelarian yang dipilih sama, menggunakan rute Balikpapan-Samarinda untuk menyelamatkan diri.
“Tentara Jepang memakai jalan itu untuk mengamankan harta karun. Saya memikirkan jiwa para romusha atau pekerja paksa, yang dikorbankan oleh Jepang untuk melaksanakan proyek militer itu," lanjut tulisan Kecik dalam memoarnya itu.
Pasca kemerdekaan Indonesia, rute Balikpapan-Samarinda dibangun serius.
Tahun 1961, proyek jalan raya mulai dikerjakan. Jalan itu diberi nama Jalan Projakal, sebelum akhirnya bernama Jalan Soekarno-Hatta.
"Tahun 1961 proyek jalan raya Balikpapan-Samarinda mulai dikerjakan," Hario dalam Memoar Hario Kecik II (2001).
Pembangunam jalan Program Jalan Kalimantan (Projakal) dilakukan oleh kelompok teknisi ahli konstruksi dari Rusia (Uni Soviet) kala itu)
Mereka teknisi-teknisi Rusia yang terlibat dalam pembangunan jalan poros yang menghubungkan Samarinda-Balikpapan sepanjang 115 km.
Militer Indonesia serta warga ikut serta membantu pekerjaan pembuatan jalan.
Belum sempat rampung, pasca 1965 politik dan keamanan Indonesia bergejolak.