Minggu, 7 Juli 2024

Sejarah Indonesia

Menguak Sumbangsih Pelacur di Mata Soekarno dalam Bingkai Revolusi dan Perjuangan Kemerdekaan Indonesia

Mata-mata Terbaik di Era Kolonial Belanda

Kamis, 23 Desember 2021 20:1

Ilustrasi pelacur di masa perjuangan kemerdekaan Indonesia. Menguak sumbangsih pelacur di mata Soekarno dalam bingkai revolusi dan perjuangan kemerdekaan Indonesia.

IDENESIA.CO - Ada pepatah populer yang mengatakan "don't judge by cover" yang artinya jangan menilai apapun dari penampilan luar.

Kebaikan tak melulu datang dari orang-orang baik, ia bisa datang dari mana saja.

Seperti pelacur alias wanita kupu-kupu malam yang identik dengan stigma negatif di sosial masyarakat.

Ternyata, para wanita yang berprofesi sebagai pelacur punya peran penting pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia.

"Pelacur adalah mata-mata yang paling baik di dunia. Dalam keanggotaan PNI (Partai Nasional Indonesia) di Bandung, terdapat 670 orang perempuan yang berprofesi demikian dan mereka adalah anggota yang paling setia dan patuh," tulis presiden Indonesia pertama, Ir Soekarno dalam buku berjudul Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, cetakan pertama tahun 1966.

Ya, Pekerja Seks Komersial ( PSK) memiliki sumbangsih dalam mendukung perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. Hal ini diakui langsung oleh presiden pertama Indonesia, Soekarno.

Jasa-jasa wanita kupu-kupu malam terhadap pergerakan revolusi Indonesia banyak yang dituturkan Soekarno pada Cindy Adams, penulis buku Sukarno An Autobiography as Told to Cindy Adams.


Presiden Soekarno dan Cindy Adams. (Hipwee)
Pengguna jasa wanita kupu-kupu malam ini kebanyakan para polisi kolonial, dari mereka para PSK mendapatkan banyak informasi.

Selain itu, wanita tuna susila (WTS) ini juga ikut menyumbangkan uang dari keringatnya untuk kepentingan revolusi.

Tugas mereka menjadi sumber informasi mengenai musuh tak dapat digantikan oleh pihak manapun kala itu.

"Tak satu pun laki-laki anggota partai yang terhormat dan sopan itu dapat mengerjakan tugas ini untukku," ujar Soekarno yang juga menyampaikan para PSK bukan saja penyumbang yang menyenangkan, tetapi juga penyumbang yang besar dalam revolusi Indonesia.

Dilansir dari akun Instagram @matahatipemuda yang mengutip dari buku Robert Cribb berjudul,"Para Jago dan Kaum Revolusioner Jakarta", mengisahkan mengenai penyelamatan terhadap Bung Karno dan pejuang lainnya saat dalam pengintaian Belanda oleh para PSK.

Para PSK-lah yang membantu menyembunyikannya di rumah bordil yang jadi sarang mereka.

Selain membuat tempat persembunyian paling aman bagi para pejuang, hunian mereka juga dijadikan tempat penyelundupan senjata bagi para pejuang.

Dikisahkan ada sebuah gerakan bernama Laskar Rakyat Jakarta Raya (LRJR) yang punya tujuan menyerang Jakarta dalam menaklukan Jepang dan Belanda.

Dalam melaksanakan tujuan tersebut, pasokan senjata menjadi hal yang penting.

Maka, para PSK yang jadi penyelundup senjata bagi laskar sekaligus hunian mereka menjadi tempatnya.

Keputusan Bung Karno mengikut sertakan PSK dalam revolusi oleh Soekarno pernah mendapatkan protes keras dari Ali Sastroamidjojo, tokoh PNI.

Perdebatan sengit antar kedua tokoh PNI tersebut tak terelakkan, bahkan Ali sempat mempertanyakan keputusan Bung Karno merekrut 670 PSK masuk menjadi anggota PNI cabang Bandung.

Fakta berkata lain, semua rakyat nusantara ingin bebas dari belenggu koloni, tidak terkecuali wanita penghibur itu.

Peran mereka sangat penting dalam menyongsong kemerdekaan Republik Indonesia sebagai mata-mata tentara kolonial.

Sejarah mencatat wanita kupu-kupu malam sebagai informan penting setara intelijen.

Informasinya sangat-sangat mahal dalam proses perjuangan kemerdekaan, dikutip dari Sosok.grid.id oleh Andreas Chris Febrianto Nugroho. (redaksi)

Tag berita:
IDEhabitat