IDENESIA.CO - Sabtu 18 Desember 2021, jadi hari yang menyegarkan para penikmat teater di Samarinda.
Unit Kegiatan Mahasiswa Teater Yupa kembali menggelar pertunjukkan di penghujung tahun 2021.
Bukan virtual, tapi kembali ke panggung tatap muka.
Dimana penyaji dan penonton pertunjukan berada di medan waktu dan ruang yang sama.
Ya, Pentas tunggal Teater Yupa pada akhirnya mengobati kerinduan para pecinta seni teater di Samarinda.
Lantaran minimnya produksi pertunjukkan dari kelompok teater dua tahun belakangan gegara pandemi.
Khususnya pentas teater tatap muka yang diselenggarakan di gedung pertunjukkan.
Ya, Teater Yupa Universitas Mulawarman sukses mengobati rindu para penikmat kesenian teater di Samarinda.
Sebuah upaya pengkaryaan kelompok teater kampus yang tak mau kalah melawan pandemi Covid-19.
Pimpinan Produksi, Rahmatang sesaat sebelum pertunjukkan dimulai membeberkan bahwa pagelaran sempat diundur selama berbulan-bulan lantaran melonjaknya kasus Covid-19 di tengah tahun 2021.
Namun akhirnya karya mereka bisa pecah di penghujung tahun 2021.
Ya, sebuah perjuangan panjang bagi Teater Yupa demi menghadirkan pertunjukkan teater di ibu kota Kalimantan Timur.
Pentas berjudul Tempat Tergelap di Bawah Lampu karya Risti Triana Raiman dihelat di Auditorium Unmul, Sabtu (18/12/2021).
Karya ini disuguhkan dalam rangka pentas tahunan Teater Yupa Universitas Mulawarman ke-28.
Dalam pementasan yang juga bakal kembali ditampilkan Minggu 19 Desember 2021 itu, Teater Yupa secara sadar mengangkat isu perempuan dan anak.
Dengan apik para aktor di atas panggung saling berinteraksi memainkan perannya.
Latar panggung pun menggiring penonton ke sebuah bangunan kantor. Tepatnya kantor polisi.
Puluhan penonton yang hadir pun tampak menikmati peran demi peran yang dimainkan di atas panggung bernuansa merah maroon itu.
Sutradara pertunjukan, Risti Gyro memaparkan secara singkat awal mula karya tulisnya lahir hingga dipentaskan dalam sebuah kemasan teater.
Kegelisahan Risti berangkat dari fenomena kekerasan seksual terhadap anak di bawah umur yang kian marak terjadi.
Situasi ini belakangan menurutnya kurang mendapat perhatian banyak pihak.
Meski dalam Undang-undang perlindungan anak pelaku kekerasan seksual terhadap anak diancam hukuman yang berat.
Namun masih jadi kasus-kasus kekerasan tumbuh subur.
"Untuk kesekian kalinya Teater Yupa membawakan naskah karya sendiri," ucap Risti.
Risti mengkritisi kasus-kasus kekerasan seksual yang kerap tidak mencuat ke publik.
Aparat penegak hukum tak lepas dari otokritik yang hendak disampaikan dalam pertunjukkan sekira 45 menit tersebut.
Bahkan pelaku kejahatan ini tidak dapat diprediksi dari mana datangnya.
"Padahal isu ini dari dulu sudah menjadi isu yang besar tetapi masih saja terjadi," ujarnya.
Menelisik sedikit proses kreatif garapan Teater Yupa. Naskah Tempat Tergelap di Bawah Lampu dimainkan oleh 4 orang aktor.
Tiga aktor laki-laki dan seorang aktor perempuan.
Khittah sebagai Karang (Agen Intelijen), Wahyudi sebagai Sahud (Kepala Kepolisian Wilayah) dan Andi sebagai Agung (Agen Intel yang tertuduh tersangka) dan Retzal sebagai Pak Edi (anggota Kepolisian).
Proses garapan sendiri telah berjalan dari awal tahun 2021.
Dalam kurun waktu tersebut, tim kreatif yang dikepalai oleh Risti beberapa kali melakukan observasi untuk memperkuat pencarian isu dan tokoh di dalam naskah pertunjukan.
"Karena kemarin kita sempat diliburkan karena PPKM jadi proses ini harus tertunda cukup lama," ungkapnya.
Tim produksi pada garapan ini berjumlah lebih kurang 20 orang masiswa Unmul dari berbagai Fakultas.
Teater Yupa Universitas Mulawarman sendiri merupakan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang langsung berada di bawah tanggung jawab Universitas Mulawarman.
Karya-karya Teater Yupa sendiri telah banyak dipentaskan di Samarinda bahkan sampai ke tingkat nasional. (redaksi)