Data menunjukkan, meskipun produksi baja AS naik, impor dari negara-negara seperti Kanada kini mengisi posisi utama, sementara China turun ke posisi ke-10 sebagai pemasok baja terbesar ke AS.
Kebijakan ini tidak hanya berfokus pada ekonomi domestik, namun juga memicu ketegangan perdagangan global. Pada pekan sebelumnya, Trump juga menambah tarif 10 persen untuk semua impor dari China, yang mengakibatkan China membalas dengan tarif pada produk AS seperti chip dan logam.
Bagi Indonesia, kebijakan tarif ini berdampak langsung pada ekspor aluminium. Sebagai salah satu pemasok aluminium ke AS, Indonesia mengalami penurunan nilai ekspor produk aluminium ekstrusi dalam tahun 2024.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor produk aluminium Indonesia ke AS yang semula mencatatkan kenaikan pada tahun 2023, kini turun signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Pada 2023, ekspor aluminium Indonesia ke AS tercatat mencapai US$102 juta, sementara pada tahun 2019 tercatat hanya US$75 juta. Namun, pada periode Januari hingga Agustus 2024, ekspor tersebut menurun menjadi hanya US$41 juta.
Pejabat pemerintahan Trump menjelaskan bahwa tarif baru ini diterapkan untuk menutupi celah yang memungkinkan beberapa importir untuk menghindari tarif dengan mengimpor baja setengah jadi yang kemudian diproses lebih lanjut sebelum dikirim ke AS. Kebijakan ini bertujuan untuk memperbaiki sistem perdagangan yang dinilai masih memiliki celah yang digunakan oleh beberapa negara.
Selain itu, Trump juga melonggarkan beberapa langkah dalam kebijakan tarif, termasuk menangguhkan pengenaan tarif 25 persen atas impor dari Meksiko dan Kanada hingga 1 Maret 2025, serta menghentikan sementara tarif atas barang-barang senilai US$800 atau lebih rendah. Hal ini dilakukan untuk memberi waktu bagi Departemen Perdagangan AS untuk mengembangkan sistem pelacakan yang lebih baik.
Dengan tarif yang kembali diterapkan, perubahan dalam pola perdagangan internasional, termasuk bagi negara-negara seperti Indonesia, akan terus terpantau untuk melihat bagaimana dampaknya terhadap industri global, baik di pasar baja, aluminium, maupun barang konsumsi lainnya.
(Redaksi)