IDENESIA.CO - Heboh soal lagu rakyat Israel itulah yang sejak Mei lalu menggebrak setiap layar ponsel setiap umat Islam Indonesia, yang kini rata-rata memilikinya. Geger yang sama juga mengungkap keganjilan lain sebelumnya, yang tampaknya telah umum berlangsung di Al-Zaytun, shalat Idul Fitri April lalu yang absurd: shaf yang renggang laiknya barisan tentara yang hendak apel pagi, bercampurnya pria-wanita, serta kehadiran seorang wanita yang ‘nyantai’ di shaf depan
Keberadaan pondok pesantren Al Zaytun dinilai tidak lepas dari sejarah NII KW 9. Gerakan NII KW 9 ini berbeda dengan NII yang pernah digagas oleh Kartosoewirjo.
Pengamat terorisme Al Chaidar mengungkapkan bahwa gerakan NII KW 9 telah muncul sejak 1991 di Banten. Kala itu ada sebanyak 14 juta orang yang bergabung dengan NII KW 9 dan bersedia mengumpulkan dana.
Al Chaidar menyebut dari 14 juta orang itu terkumpul dana mencapai Rp 800 miliar. Dana itulah yang digunakan untuk membangun Ma'had Al Zaytun sebagai pusat dari pada NII KW 9. Dalam perkembangannya, di bawah pimpinan Panji Gumilang, NII KW 9 memperluas pengaruhnya ke seluruh wilayah.
Lebih lanjut Al Chaidar mengatakan bahwa orang-orang yang masuk ke Al Zaytun dan bergabung dengan NII KW 9 lambat laun akan diperas hartanya. Karena itu para anggotanya berakhir mengalami kerusakan finansial dan kehancuran dalam keluarga.
Untuk menguatkan citranya di mata orang-orang yang bergabung yang kebanyakan masih memiliki keterkaitan dengan keluarga NII, Panji Gumilang pun mendeklarasikan diri sebagai Imam negara Islam Indonesia.