Menyusuri hutan sekira pukul 9 malam.
Kami berburu penyu yang naik ke darat. Tantangannya dengan penerangan minim.
Jika bertemu sorotan cahaya, indukan penyu dipastikan pergi mencari tempat menanam telur lain.
Padahal proses pembuatan lubang telur saja memakan waktu hingga 1 jam.
Sabar menunggu, akhirnya kami menemukan juga satu ekor penyu sisik berupaya membuat lubang.
Lampu senter dan lampu handphone dimatikan.
Di tengah gulap gulita, kami mendekati indukan penyu itu.
Satu jam menunggu, akhirnya telur pertama jatuh. Bahagia sekali rasanya.
Secara bergantian telur-telur itu berjatuhan, jumlahnya puluhan mungkin sampai 100an telur.
Luar biasa.
Sayangnya, lokasi konservasi Pulau Sangalaki turut tak lepas dari tangan usil manusia.
Sangat disayangkan, di area pantai tetap saja ditemui sampah-sampah hasil tangan manuisa.
Sedih rasanya.
Pulau Sangalaki sebagai area konservasi penyu, adalah sebuah harga mati terbebas dari sampah.
Tuhan bantu kami menjaga kelestarian alam ini. (Er Riyadi)