“Di ANTAM sendiri, bijih saprolite digunakan untuk kebutuhan feeding (umpan) ke pabrik feronikel di Pomalaa serta penjualan ke pasar domestik,” tambah Faisal.
Sedangkan bijih limonite, umumnya diolah melalui sistem High Pressure Acid Leaching (HPAL) untuk menghasilkan produk berbasis nikel sulfida atau sebagai nikel hidroksida, yang biasanya digunakan untuk material logam nickel based, termasuk elemen EV Battery.
Ia menambahkan, pada dasarnya HPAL merupakan proses leaching dengan menggunakan asam sulfat pada tekanan dan temperatur yang tinggi di dalam autoclave, yang nantinya akan menghasilkan produk akhir berupa nikel sulfat dan kobalt sulfat.
“Proses hidrometalurgi, salah satunya HPAL, cenderung lebih sesuai untuk limonite yang kandungan MgO-nya rendah,” imbuhnya.
Terkait potensi pemanfaatan bijih limonite untuk proyek EV Battery, Faisal menyebut pihaknya sudah siap dengan berbagai strategi yang akan dijalankan. Terlebih saat ini ANTAM menjadi bagian proyek besar EV Battery, bersama MIND ID dan IBC.
“Kami juga optimistis dengan adanya rencana pengembangan EV Battery akan memaksimalkan pemanfaatan bijih limonite melalui pengolahan di pabrik HPAL, dan akan memberikan kontribusi pendapatan yang optimal kepada perusahaan,” tutupnya.
(Redaksi)