IDENESIA.CO - Pagi buta, sekira pukul 06.00 Wita. Pria usia kisaran 40 tahun bernama Abdul Gushai siap-siap melakukan aktivitas.
Ia bukan seorang pekerja kantoran, apalagi ASN.
Abdul Gushai hanya petani Desa Bukit Merdeka, Samboja.
Mengenakan baju kerja kaus dan topi caping jadi kostum andalannya, ia menggantungkan penghidupannya.
Ya, Gushai dan sang ayah adalah petani sahang yang merelakan kebunnya hancur akibat konsesi tambang.
Sedih diamininya, namun bangkit adalah keharusan, batin Gushai.
Beberapa tahun terakhir, Gushai dan orang tuanya menggarap lahan seluas 835 meter persegi.
Tidak luas memang, tapi baginya dan keluarga, petak tanah itu cukup.
Tidak sembarang lahan pertanian, Gushai dan si ayah, menerapkan teknologi hidroponik untuk pertaniannya.
Bukan perjuangan mudah memang, karena pertanian yang ia beri nama Green House, ini jadi yang pertama di desanya.
Berdamai dengan masa lalu, Gushai berbenah.