Jumat, 22 November 2024

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Petani Sahang di Kukar Menyerah Dikepung Tambang, Bangkit Lewat Hidroponik Selada & Buah

Kenang Produksi Ratusan Ton Per Bulan

Rabu, 15 Desember 2021 20:32

Petani sahang di Kutai Kartanegara menyerah dikepung tambang, coba bangkit lewat hidroponik. Kenang produksi ratusan ton per bulan. (Er Riyadi)

Memanfaatkan teknologi pertanian yang ramah lingkungan.

Perjuangan Gushai berbuah manis, tiap bulannya ia bisa meraup keuntungan bersih hingga puluhan juta rupiah.

"Omset sekitar Rp25-30 juta per bulan. Kalau modal sekitar Rp7-10 juta," ungkap Gushai ditemui di Green House miliknya.

Urusan belanja modal, pria bertubuh kurus itu berkisah, pengeluaran modal per bulannya paling besar Rp10 juta.

Modal segitu diperlukan untuk memenuhi kebutuhan bibit, nutrisi air, dan biaya listrik.

Gushai bersyukur Green House miliknya telah tumbuh berkembang.

Lahan 835 meter persegi yang ia kelola, 80 persen dipakai untuk menanam Selada Air.

Lalu 10 persen lainnya menanam jenis sawi-sawian, dan 10 persen sisanya menanam anggur.

Selada Air memang terkenal dengan waktu penanaman yang singkat.

Usai pemindahan media tanam ke pipa-pipa hidroponik, dibutuhkan waktu 30 hari untuk masuk masa panen.

"Tergantung permintaan pasar, ada yang minta umur tanaman berkisar 30-35 hari setelah tanam," lanjutnya lagi.

Tidak hanya Selada Air, berbagai komoditas akan ia tambah, termasuk buah-buahan.

"Ke depan akan ada teknologi hidroponik buah yang kami terapkan, seperti Melon. Sistem hidroponik semua nanti," ungkapnya.

Perjuangan menapak pelan mulai menunjukan hasilnya.

Upayanya sebagai pahlawan pangan mungkin tak butuh standing ovation.

Halaman 
Tag berita:
IDEhabitat