Di tengah tantangan industri perfilman nasional pasca-pandemi, film animasi Jumbo karya Visinema Studios hadir sebagai angin segar. Dalam waktu tujuh...
IDENESIA.CO - Di tengah tantangan industri perfilman nasional pasca-pandemi, film animasi Jumbo karya Visinema Studios hadir sebagai angin segar.
Dalam waktu tujuh hari, Jumbo berhasil meraih satu juta penonton. Bukan hanya memecahkan rekor, tapi juga membangkitkan harapan baru bagi dunia animasi dan industri kreatif Indonesia.
Dirilis perdana pada 31 Maret 2025, Jumbo sukses mencetak sejarah sebagai film animasi Indonesia terlaris sepanjang masa, menggeser Si Juki The Movie: Panitia Hari Akhir (2017) yang sebelumnya memegang rekor selama delapan tahun.
Namun capaian ini bukan semata soal angka.
Di balik kesuksesan tersebut, tersimpan narasi lebih besar, yaitu tumbuhnya kepercayaan publik terhadap karya kreator lokal dan bangkitnya sektor industri kreatif setelah dihantam pandemi COVID-19.
“Jumbo membuktikan bahwa penonton Indonesia haus akan tayangan berkualitas dari dalam negeri, dan itu mendorong keberanian para kreator untuk terus berkarya,” kata produser Jumbo, Anggia Kharisma.
Dikerjakan selama lima tahun sejak 2019 oleh lebih dari 420 pekerja kreatif, Jumbo menjadi bukti nyata kolaborasi dan ketekunan dalam industri animasi lokal.
Di balik kisah petualangan Don dan sahabat-sahabatnya, terselip dedikasi untuk membangun standar baru bagi tontonan anak dan keluarga.
Cerita Jumbo mengikuti tokoh Don (pengisi suara oleh Prince Poetiray dan Den Bagus Sasono). Ia adalah anak yang bangga terhadap buku dongeng peninggalan ayahnya (Ariel NOAH) dan ibunya (Bunga Citra Lestari).
Sepeninggal mereka, Don dibesarkan oleh Oma, yang diisi suara oleh Ratna Riantiarno. Don bersama dua sahabatnya, Nurman (Yusuf Ozkan) dan Mae (Graciella Abigail), berencana mengikuti pentas seni. Namun, bukunya dicuri oleh Atta (M. Adhiyat) yang iri padanya.
Petualangan berlanjut ketika Don bertemu Meri (Quinn Salman), gadis dari dunia lain yang meminta bantuannya mencari orang tuanya (Ariyo Wahab dan Cinta Laura Kiehl).
Tak hanya di bioskop, dukungan terhadap Jumbo juga terasa masif di media sosial.
Gerakan organik bertajuk “Buzzer Jumbo Gratisan” muncul sebagai bentuk solidaritas sesama penonton dan sineas lokal dalam menyuarakan pentingnya film anak yang inspiratif dan membumi.
Kini, Jumbo bersiap melebarkan sayap ke ranah internasional, dengan jadwal penayangan di berbagai negara Asia dan Eropa mulai pertengahan 2025, seperti Rusia, Belarus, Ukraina, Moldova, Armenia, Azerbaijan, Georgia (termasuk Abkhazia dan South Ossetia), Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, Turkmenistan, Uzbekistan, Estonia, Latvia, dan Lithuania.
Ini menjadi peluang besar bagi animasi Indonesia untuk unjuk gigi di pasar global. Kesuksesan ini diharapkan menjadi katalis bagi investasi, pelatihan talenta, serta proyek-proyek animasi lokal lainnya.
“Bukan hanya Jumbo yang menang, tapi seluruh ekosistem kreatif kita ikut terdongkrak,” ujar Ryan Adriandhy, sang sutradara.
(Redaksi)