Tugas menara pantau di gunung itu menjadi penangkal atau benteng pertahanan pertama pihak Jepang, jika menerima serangan udara dari pihak sekutu.
Ada kisah di kalangan warga, para serdadu yang bertugas di menara pantau tersebut kakinya diikat dan dirantai sehingga tidak bisa lari dan harus mempertahankan benteng tersebut hingga titik darah penghabisan.
"Saat itu pasukan sekutu (Australia) yang oleh masyarakat mengira adalah pasukan Inggris atau Sterling. Serdadu iyu bertugas untuk menghalau pasukan Sterling," lanjut tulisannya.
Sejak saat ini, sebutan bukit/gunung Steling akrab di telinga masyarakat.
Kemudian pengejaannya berubah menjadi Steleng seperti saat ini.
"Saya yakini lubang-lubang yang ada di Gunung Selili, merupakan hasil kegiatan penambangan batubara di era kolonial," ungkap Fajar Alam, Chairman Ikatan Ahli Geologi Indonesia Kaltim.
Lubang-lubang diduga hasil pertambangan itu, lalu dimanfaatkan serdadu Jepang, di era perang Pasifik.
"Lubang-lubang itu kemudian mengalami pemanfaatan berbeda di era perang pasifik sebagai lokasi intai dan gerak bawah tanah ke sisi lain wilayah Samarinda," katanya. (Er Riyadi)