IDENESIA.CO – Proyek Terowongan Samarinda di Kalimantan Timur kini memasuki fase paling krusial. Infrastruktur ambisius yang digadang menjadi ikon baru tata ruang dan transportasi kota ini diproyeksikan rampung secara struktur pada akhir 2025. Namun, meski fisiknya hampir selesai, warga belum dapat melintasi jalur bawah tanah tersebut dalam waktu dekat.
Sebelum dibuka untuk umum, terowongan yang menghubungkan dua kawasan strategis di Kota Samarinda itu wajib melewati uji kelayakan nasional yang dilakukan oleh pemerintah pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Uji ini menjadi tahapan vital untuk memastikan seluruh aspek teknis dan keamanan memenuhi standar nasional sebelum resmi difungsikan bagi publik.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Samarinda, Desy Damayanti, menyampaikan bahwa pihaknya kini tengah menyiapkan seluruh dokumen dan laporan teknis untuk diajukan ke Kementerian PU.
“Karena uji kelayakannya dilakukan di pusat, kita harus mengajukan dulu ke sana. Kemudian mereka akan menurunkan tim ke sini. Setelah diuji dan dianggap secara struktur bisa dipergunakan, baru bisa digunakan,” jelas Desy, Senin (27/10/2025).
Ia menegaskan bahwa uji kelayakan nasional bukan sekadar formalitas administratif, melainkan pemeriksaan menyeluruh terhadap keamanan struktur dan kesiapan operasional.
“Karena ini uji keselamatan, jadi lebih pada aspek teknis dan struktur apakah bisa dipergunakan atau tidak,” tambahnya.
Menurut Desy, proses uji kelayakan akan mencakup dua komponen utama uji struktur fisik dan uji sistem lalu lintas. Tahap pertama menilai kekuatan konstruksi, kestabilan terhadap tekanan dan getaran, serta keamanan terowongan terhadap risiko longsoran. Setelahnya, dilakukan uji sistem lalu lintas yang meliputi pengaturan lajur, arah masuk-keluar kendaraan, serta simulasi keselamatan pengguna.
“Pertama mereka uji terowongannya dulu secara struktural, baru lalu lintasnya. Rencananya memang satu arah dari titik A ke B. Jadi kami hanya menyampaikan desain dan perencanaannya, lalu mereka yang menilai apakah sudah tepat atau perlu penyesuaian,” ungkapnya.
Sembari menunggu jadwal resmi dari pusat, tim di lapangan juga sedang melakukan uji internal sebagai bagian dari pengendalian mutu.
“Uji coba itu ada yang kami lakukan sendiri, karena selama proses pelaksanaan konstruksi memang harus diuji. Tapi kalau uji dari Kementerian PUPR itu berskala keseluruhan, termasuk jalur lalu lintas keluar masuknya,” tutur Desy.
Ia menargetkan seluruh pekerjaan struktur utama dapat diselesaikan pada penghujung 2025. Setelah itu, Pemkot Samarinda akan mengirim surat resmi ke Kementerian PU untuk menjadwalkan uji kelayakan nasional pada 2026, dengan harapan terowongan dapat dioperasikan penuh pada 2027.
“Kalau target struktur selesai di 2025, mudah-mudahan 2026 bisa dimulai uji kelayakannya. Setelah dinyatakan aman, baru difungsikan penuh,” jelasnya optimis.
Meski progres keseluruhan berjalan baik, Desy tidak menampik adanya sejumlah tantangan teknis di lapangan. Salah satunya adalah insiden runtuhan di sisi mulut terowongan (inlet) beberapa waktu lalu, yang sempat memperpanjang durasi pekerjaan.
“Kendala terakhir karena runtuhan kemarin, jadi kita perpanjang pekerjaan di mulut terowongan itu saja. Kalau yang lain tidak ada,” ungkapnya.
Penanganan insiden tersebut dilakukan dengan rekayasa struktur tambahan dan penguatan dinding inlet agar risiko serupa tidak terulang. Selain itu, tim proyek juga tengah menyempurnakan sistem drainase dalam, akses jalan depan terowongan, serta penambahan elemen keselamatan struktural di beberapa titik.
“Penambahan di depannya itu tahun ini juga. Karena kalau mulut terowongan sudah selesai, kan satu kesatuan struktur,” jelas Desy.
Terowongan Samarinda merupakan infrastruktur bawah tanah pertama di Kalimantan Timur dan menjadi simbol kemajuan tata ruang perkotaan. Proyek ini diharapkan mampu mengurai kemacetan di kawasan padat, sekaligus menjadi ikon modernisasi kota yang ramah lingkungan.
Desy menegaskan bahwa seluruh tahapan pembangunan dilakukan dengan prinsip kehati-hatian tinggi mengingat kompleksitas struktur bawah tanah yang belum pernah diterapkan sebelumnya di Samarinda.
“Ini bukan sekadar menunggu tanda tangan, tapi betul-betul uji teknis dan keselamatan. Karena mereka (Kementerian PUPR) punya tim khusus yang menilai kelayakan struktur seperti ini,” tegasnya.
Ia juga mengajak masyarakat untuk bersabar dan memahami bahwa proses panjang ini bertujuan semata untuk menjamin keamanan publik.
“Kami tidak ingin terburu-buru membuka akses sebelum semuanya benar-benar aman. Proyek ini bukan hanya kebanggaan, tapi juga tanggung jawab besar bagi pemerintah dan seluruh warga Samarinda,” pungkasnya.
Dengan penyelesaian struktur pada akhir 2025 dan uji kelayakan nasional pada tahun berikutnya, Terowongan Samarinda diharapkan segera menjadi simbol baru konektivitas kota, membuka babak baru transportasi perkotaan Kalimantan Timur dari kota padat menuju kota modern yang terintegrasi dan aman bagi semua.
(Redaksi)