"belasungkawa dan simpati yang tulus kepada persaudaraan rakyat Iran".
Emir Sheikh Tamim bin Hamad a Thani, salah satu dari sedikit sekutu Iran di Teluk, Qatar, menyampaikan belasungkawa kepada rakyat Iran.
Negara tetangga, Irak juga menyatakan "solidaritasnya terhadap persaudaraan rakyat Iran".
Dari sekutu yang jauh, Presiden Venezuela, Nicolas Maduro menulis di X, bahwa ia sangat sedih "harus mengucapkan selamat tinggal kepada orang yang patut dicontoh, pemimpin dunia yang luar biasa".
Apa yang terjadi selanjutnya?
Konstitusi Iran mempunyai solusi yang jelas jika seorang presiden tidak mampu menjalankan tugasnya karena sakit, meninggal, atau dimakzulkan dan diberhentikan oleh parlemen.
Badan ini menugaskan wakil presiden – dalam hal ini, Mohammad Mokhber – untuk menjalankan urusan negara dan bersama-sama dengan ketua parlemen dan lembaga peradilan mengawasi pemilihan presiden baru dalam waktu maksimal 50 hari.
Dalam keterangan terbaru, Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei melalui akun X, mengkonfirmasi bahwa Mohammad Mokhber menggantikan Ebrahim Raisi sebagai kepala negara sementara waktu.
Ia mengatakan, Mokhber akan bekerja sama dengan lembaga lain - di legislatif dan yudikatif - dalam memfasilitasi pemilihan presiden baru dalam 50 hari ke dep
Dengan adanya konfirmasi ini, rezim di Iran akan mengambil tindakan untuk menyelenggarakan pemilihan presiden baru – pemilu yang kemungkinan besar tidak akan menarik lebih banyak perhatian masyarakat dibandingkan pemilu sebelumnya.
Terakhir kali, semua penantang serius Raisi dilarang mencalonkan diri, sehingga membuka jalan baginya untuk menjabat dengan jumlah pemilih terendah (sekitar 30% dari pemilih yang memenuhi syarat), sementara mayoritas pemilih memboikot apa yang mereka lihat sebagai pemilu yang tidak jujur.
(Redaksi)